Sukoharjonews.com – Aliran air Dam Colo Timur dan Barat sudah ditetap sejak 5 Oktober lalu. Untuk itu, lahan yang selama ini tergantung pada aliran air Dam tersebut terpaksa menghentikan menanam padi. Hujan yang diharapkan bisa mengairi lahan sawah belum juga turun sehingga lahan terpaksa diistirahatkan.
Seperti yang dilakukan sebagian petani di Desa Ngasinan, Kecamatan Bulu, Sukoharjo. Salah satu petani, Sugeng mengatakan, saat ini memang sudah memasuki musim hujan. Namun, ada sebagian petani yang masih mengistirahatkan lahan sawahnya. Hal itu karena intensitas hujan belum terlalu sering sehingga lahan belum bisa ditanami.
“Selama ini mengandalkan aliran air dari Dam Colo. Kalau ditutup seperti saat ini petani tidak bisa mendapatkan air. Hujan juga belum sering turun sehingga tidak ada air. Petani tidak berani menebar benih,” ujarnya, Senin (23/10).
Sedangkan Ketua Paguyuban Petani Penggguna Air (P3A) Dam Colo Barat Hardo Wiyono mengatakan, penutupan pintu air Dam Colo yang bangunannya di wilayah Kecamatan Nguter ditutup pihak pengelola yakni Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS) untuk perawatan rutin tahunan. Penutupan dilaksanakan selama satu bulan penuh. Dampaknya, air tidak mengalir sehingga petani tidak mendapatkan pasokan air.
Menurutnya, di wilayah Dam Colo Barat total ada sekitar 4 ribu hektar lahan pertanian yang tergantung pada pasokan air dam. Sementara, Dam Colo Timur ada sekitar 20 ribu hektar. ”Saat ini petani tidak berani tanam padi karena belum ada hujan yang bisa diandalkan petani untuk mengairi lahan sawah,” ujarnya.
Dia juga mengatakan, aliran air dari Dam Colo tidak hanya untuk Sukoharjo namun juga dipakai petani di Wonogiri, Klaten, Sragen bahkan sampai Ngawi. Pantauan dilapangan, beberapa sawah di aliran Colo Barat memang terlihat kering dan tidak ditanami. Para petani membiarkan lahan nganggur karena belum bisa ditanami. (erlano putra)
Facebook Comments