Sukoharjonews.com – Sebanyak tiga peneliti dari Jepang datang ke Sukoharjo untuk melakukan penelitian tentang pertanian modern, Rabu (4/10). Ketiga peneliti tersebut berasal dari “Japanese Institute of Irrigation dan Drainage” (JIID). Rencananya, penelitian akan dilakukan di Desa Dalangan, Kecamatan Tawangsari.
Tiga peneliti tersebut dipimpin oleh Akira Hashimmoto bersama dua rekannya masing-masing Toshihide Matsui dari JIID dan Ichiro Tsurusoki dari JICA Expert. Kedatangan ketiga penelitia tersebut diterima langsung oleh Bupati Sukoharjo H Wardoyo Wijaya SH MH, Wabup Purwadi SE MM di Kantor Dinas Pertanian dan Perikanan.
Dalam kesempatan itu, Akira Hashimoto selaku pimpinan rombongan melalui penerjemah mengatakan, salah satu kendala modernisasi pertanian karena lahan persawahan di Sukoharjo tidak semuanya rata. Kondisi tersebut tentunya akan menjadi sulit untuk penyebaran air. Akira sendiri mendapat informasi jika Sukoharjo mulai mengembangkan pertanian modern.
Kedatangan dirinya bersama tim untuk mengetahui latar belakang petani Sukoharjo yang bisa merubah pola pertanian konvensional ke modern. “Kami juga ingin mengetahui bagaimmana perkembangan pertanian modern itu dan bagaimana prospek ke depannya,” ujar Akira.
Sedangkan Bupati Sukoharjo Wardoyo Wijaya mengakui adanya masalah mengenai lahan persawahan yang tidak rata. Untuk meratakan lahan pertanian tentunya membutuhkan dana yang besar. Untuk itulah modernisasi pertanian dilakukan dengan luas lahan seadanya. Baik itu hanya 5 hektar, 10 hektar dan lainnya.
“Khusus untuk Desa Dalangan, dari sebelumnya hanya 27 hektar, saat ini sudah 170 hektar yang melakukan pertanian modern,” paparnya.
Wardoyo juga mengatakan, petani mau merubah pola tanam konvensional ke modern karena menyadari keuntungannya banyak. Baik itu dari segi biaya maupun hasilnya. Untuk lahan satu hektar, jika dikerjakan secara konvensional, hasilnya hanya berkisar 7-8 ton, sedangkan menggunakan pertanian modern hasilnya bisa lebih dari 10 ton per hektar. (erlano putra)
Facebook Comments