Jenazah Penderita HIV/AIDS Aman Untuk Dimandikan

Ketua TP PKK Sukoharjo Etik Suryani memberikan sambutan dan membuka acara Pelatihan Tatacara Pemulasaran Jenazah ODHA di Aula RSUD Ir Soekarno Sukoharjo, Kamis (11/1).

Sukoharjonews.com (Sukoharjo) – Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) sering mendapatkan perlakuan tidak sama atau diskriminasi ketika meninggal. Warga takut melakukan pemulasaran karena khawatir akan tertular penyakitnya. Padahal, virus HIV/AIDS akan ikut mati setelah penderita meninggal minimal empat jam sehingga jenazah aman untuk dimandikan.



Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Sukoharjo Suryono mengatakan, dengan latar belakang itulah KPA Sukoharjo menggelar acara “Pelatihan Tatacara Pemulasaran Jenazah ODHA” di Aula RSUD Ir Soekarno, Kamis (11/1). Pelatihan diikuti oleh ibu-ibu anggota Tim Pembina PKK (TP PKK) Sukoharjo dan anggota kepolisian.

“Saat ini masih ada stigma negatif dan diskriminasi pada ODHA dan berlanjut pada ODHA yang meninggal karena tidak mendapatkan perawatan sebagaimana mestinya,” ujarnya.

Dikatakannya, KPA mengadakan pelatihan pemulasaran jenazah ODHA atas permintaan masyarakat karena selama ini pelatihan hanya untuk peserta laki-laki. Biasanya, ujar Suryono, peserta pelatihan adalah Kaur Kesra atau modin yang bisa memandikan jenazah.

Diharapkan, dengan pelatihan masyarakat lebih memahami menangani ODHA yang meninggal dunia di tengah masyarakat. “Setelah meninggal didiamkan dulu minimal empat jam, setelah itu jenazah aman untuk dimandikan. Tidak perlu takut tertular asal petugasnya menggunakan Alat Pelindung Diri atau APD,” ungkapnya.

Sedangkan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sukoharjo Nasruddin menyampaikan, selain HIV/AIDS, perlakuan berbeda juga diterma oleh penderita Kusta dan Tuberkulosis (TB). Khusus untuk penyakit HIV/AIDS, diakuinya saat ini merupakan fenomena gunung es dimana yang terdeteksi baru sebagian dan justru sebagian besarnya belum terdeteksi.

“Hingga Desember 2017, terdapat 457 kasus akumulatif sejak 1998. Rincian HIV 228 penderita dan AIDS 229 penderita dan terdapat 69 penderita meninggal,” ujarnya.

Menurutnya, DKK bekerjasama dengan KPA terus berusaha dengan meningkatkan angka penemuan kasus setinggi tingginya. Setelah ditemukan lantas ditangani dengan pengobatan rutin. Pada prinsipnya, Nasruddin menilai penyakit HIV/AIDS adalah penyakit biasa yang menular dan tidak semua yang terkena adalah orang yang berperilaku jelek.

Sementara itu, Ketua TP PKK Sukoharjo Etik Suryani menyampaikan, kasus penolakan pada ODHA yang meninggal memang masih sering terjadi di masyarakat karena khawatir tertular. Untuk itulah pihak terkait harus gencar memberikan sosialisasi dan juga pelatihan pemulasaran jenazah ODHA.

“Kalau meninggal di rumah sakit tentu tidak jadi masalah karena biasanya dimandikan di rumah sakit. Masalah muncul ketika meninggal di tengah masyarakat,” ujarnya.

Etik berharap anggota TP PKK yang jadi peserta pelatihan bisa menyebarluarkan informasi seluas luasnya tentang penyakit HIV/AIDS beserta cara-cara penyebarannya dan pencegahannya. Yang tidak kalah penting adalah bagaimana tatacara penanganan jenazah setelah ODHA meninggal dunia. (erlano putra)



How useful was this post?

Click on a star to rate it!

Average rating 0 / 5. Vote count: 0

No votes so far! Be the first to rate this post.

Facebook Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *