Sukoharjonews.com (Sukoharjo) – Jumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) memasuki minggu ke-30 mengalmi kenaikan dibandingkan minggu ke-26. Pasalnya, data DBD sebelumnya baru mencapai 143 kasus dan saat ini sudah ada 155 kasus. Artinya, ada kenaikan 12 kasus DBD di Sukoharjo. Disisi lain, kasus DBD yang menyebabkan kematian masih lima orang.
Penyakit DBD di pekan ke-30 mencapai 155 kasus dengan kasus tertinggi terdapat di Kecamatan Sukoharjo dengan 30 kasus. Kemudian disusul Kecamatan Bendosari 26 kasus dan Kecamatan Nguter 17 kasus. Berikut ini data kasus DBD di 12 Kecamatan Sukoharjo hingga minggu ke-30:
KECAMATAN | KASUS DBD | KASUS MENINGGAL |
---|---|---|
Sukoharjo | 33 | 1 |
Bendosari | 29 | 0 |
Nguter | 19 | 0 |
Polokarto | 18 | 0 |
Mojolaban | 17 | 0 |
Baki | 16 | 0 |
Grogol | 12 | 0 |
Gatak | 12 | 3 |
Kartasura | 9 | 2 |
Weru | 8 | 0 |
Tawangsari | 7 | 1 |
Bulu | 2 | 0 |
TOTAL | 182 | 7 |
“Hingga minggu ke-30 sudah ada 155 kasus DBD di Sukoharjo dan ada lima korban yang meninggal dunia,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sukoharjo, Yunia Wahdiyati, Kamis (30/7/2020).
Yunia mengatakan, sesuai data minggu ke-30, ada kenaikan 12 kasus DBD dibandingkan data pada minggu ke-26. Untuk kasus kematian akibat DBD sendiri masih lima kasus dimana kasus terjadi di Kecamatan Gatak tiga orang, serta Kecamatan Kartasura dan Tawangsari masing-masing satu orang. Yunia mengimbau masyarakat mewaspadai penyakit DBD selain virus corona.
“Paling efektif mencegah DBD tetap dengan pemberantasan sarang nyamuk dan jentiknya, bukan fogging,” tandas Yunia.
Menurutnya, gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) harus tetap digalakkan. Jika ada kasus DBD, tidak serta merta dilakukan fogging karena untuk melakukannyaada syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi. Yunia mengaku fogging tidak bisa dilakukan sembarangan. Hal itu dikarenakan obat fogging bisa menimbulkan resistensi pada nyamuk dan obatnya juga membahayakan bagi lingkungan. (erlano putra)
Facebook Comments