
Sukoharjonews.com (Jakarta) — Pembangunan jalan tol Semarang-Demak terus dikebut pengerjaannya. Proyek dikerjakan oleh PT Hutama Karya (Persero) yang berkomitmen menghadirkan infrastruktur berkualitas dengan menerapkan teknologi inovatif dalam pembangunan Jalan Tol Semarang–Demak Paket 1A.
Salah satu terobosan terbaru adalah penggunaan metode landas putar “Sosrobahu”, yang memungkinkan pekerjaan konstruksi tetap berjalan tanpa menimbulkan gangguan signifikan pada lalu lintas jalan arteri yang padat.
EVP Sekretaris Perusahaan Hutama Karya, Adjib Al Hakim, menjelaskan metode Sosrobahu menjadi solusi efektif di kawasan dengan kepadatan tinggi.
“Penggunaan teknologi Sosrobahu pada Tol Semarang-Demak Paket 1A bertujuan untuk meminimalisir gangguan lalu lintas di jalan arteri yang memiliki volume kendaraan sangat tinggi.
“Dengan metode ini, Hutama Karya dapat mengerjakan struktur pier head atau balok melintang tanpa harus menutup jalur di bawahnya,” ujar Adjib, dikutip dari laman KabarBUMN, Rabu (11/6/2025).
Teknologi ini diterapkan pada empat tiang penyangga jalur elevated tol Semarang–Demak Paket 1A, yaitu di titik P10, P11, P13, dan P14. Lokasi tersebut berada di antara dua jalur arteri aktif yang juga dekat dengan akses menuju area bisnis.
Proses pemutaran balok berlangsung selama sekitar dua bulan. Pemutaran pertama dilakukan pada Pier P11 pada 18 Mei 2025, disusul P10 pada 3 Juni 2025. Selanjutnya, pemutaran Pier P14 dan P13 direncanakan pada pertengahan Juni 2025. Seluruh rangkaian proses ini dilakukan atas koordinasi dengan Dinas Perhubungan setempat.
Untuk mendukung kelancaran, Hutama Karya juga melakukan sosialisasi melalui media sosial, siaran radio lokal, serta pemasangan rambu-rambu pengaturan lalu lintas di sekitar proyek.
“Tanpa teknologi Sosrobahu, proses konstruksi konvensional berpotensi menyebabkan kemacetan, mengganggu akses menuju aktivitas bisnis, dan menimbulkan keluhan masyarakat.
“Metode ini memungkinkan pier head dibangun sejajar dengan sumbu jalan, lalu diputar 90 derajat ke posisi akhir menggunakan sistem hidrolik,” jelas Adjib.
Teknologi ini memiliki sejumlah keunggulan, seperti efisiensi waktu pengerjaan, penghematan biaya pengaturan keselamatan lalu lintas, serta kemampuan untuk tetap melanjutkan konstruksi tanpa mengurangi ruang jalan. Inovasi ini sangat cocok digunakan di kawasan urban dengan keterbatasan ruang gerak alat berat.
Tak hanya fokus pada teknologi, Hutama Karya juga mengedepankan aspek keselamatan dan kenyamanan masyarakat dengan berkoordinasi secara intensif bersama pihak kepolisian, Dinas Perhubungan, dan berbagai pemangku kepentingan lainnya.
Perusahaan juga telah menyiapkan langkah-langkah mitigasi seperti pemasangan rambu-rambu, pencahayaan memadai pada malam hari, serta penugasan petugas flagman khusus untuk membantu kelancaran arus lalu lintas.
“Hutama Karya selalu mengedepankan keselamatan dan kenyamanan masyarakat dalam setiap proyek yang dikerjakan.
“Pada proyek ini, teknologi Sosrobahu tidak hanya menunjukkan kapabilitas teknis, tetapi juga komitmen perusahaan untuk meminimalkan dampak konstruksi terhadap aktivitas sehari-hari masyarakat,” tutup Adjib Al Hakim.
Proyek Tol Semarang–Demak Paket 1A yang dikerjakan melalui Kerja Sama Operasi (KSO) antara Hutama Karya dan Beijing Urban Construction Group (KSO HK – BUCG), saat ini telah mencapai progres 64,2%.
Penggunaan teknologi Sosrobahu menjadi tonggak penting dalam percepatan penyelesaian proyek yang diharapkan tuntas pada April 2027. Selain mendukung konektivitas, tol ini juga dirancang sebagai solusi pengendalian banjir rob yang kerap melanda kawasan pesisir Semarang dan Demak.
Dengan keberadaan tol ini, beban lalu lintas di jalur nasional Pantura pun diprediksi akan berkurang signifikan, mendorong peningkatan produktivitas ekonomi di wilayah Jawa Tengah. Dalam kunjungannya awal tahun ini, Menteri Pekerjaan Umum, Dody Hanggodo, memastikan bahwa pembangunan Tol Semarang–Demak masih berjalan sesuai rencana.
“Secara keseluruhan tidak ada kendala, hanya saat musim-musim seperti ini saja yakni angin kencang dan hujan deras, sehingga otomatis kapasitas kerja juga berkurang karena memang safety pekerjaan yang kita utamakan,” ujar Dody, mengutip pu.go.id (1/1). (nano)
Facebook Comments