
Sukoharjonews.com – Kata-kata yang kita pilih dan cara kita mengkomunikasikannya dapat memiliki dampak yang mendalam pada orang lain. Baik itu dalam percakapan sehari-hari, media sosial, atau di tempat kerja, menjaga lisan adalah kunci untuk menciptakan lingkungan yang positif dan mendukung.
Dikutip dari Nu Online, pada Kamis (13/2/2025) zaman sekarang, perilaku interaksi verbal manusia sering tidak memperhatikan perasaan lawan bicara. Hal ini terjadi karena beberapa faktor, termasuk pengaruh budaya bicara daerah lain yang dikonsumsi oleh generasi milenial dan masyarakat kelompok dewasa melalui media sosial. Oleh karena itu, seseorang harus menjaga ucapan lisannya sebagaimana perintah Allah dalam surat Al-Ahzab, ayat 70-71:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
Artinya: “Wahai manusia, bertakwalah kepada Allah dan ucapkanlah ucapan yang benar! Maka Allah akan memperbaiki amal perbuatan kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian. Barang siapa yang menaati Allah dan Rasul-Nya, maka ia telah meraih kemenangan yang besar.”
Menurut Imam Al-Qurthubi dalam kitab al-Jami’ li Ahkamil Qur’an, juz 14, halaman 253, Qaulan Sadidan mencakup seluruh ucapan yang baik dan benar, akan tetapi dalam konteks ayat ini ia dimaknai sebagai ucapan yang tidak menyakiti Rasul dan orang-orang beriman.
Ucapan seperti dua mata pisau. Ucapan bisa membahagiakan orang, tetapi juga bisa menyakiti orang lain. Ucapan bisa mendamaikan suatu bangsa, tetapi juga bisa menyengsarakan bangsa lain. Oleh karena itu, tanggung jawab ucapan sangat besar di hadapan Allah. Hal ini tergambar dari hadits yang disampaikan Rasulullah yang diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi dalam kitab Sunan at-Tirmidzi, juz 4, halaman 605:
إِذَا أَصْبَحَ ابْنُ آدَمَ فَإِنَّ الأَعْضَاءَ كُلَّهَا تُكَفِّرُ اللِّسَانَ فَتَقُولُ: اتَّقِ اللَّهَ فِينَا فَإِنَّمَا نَحْنُ بِكَ، فَإِنْ اسْتَقَمْتَ اسْتَقَمْنَا وَإِنْ اعْوَجَجْتَ اعْوَجَجْنَا
Artinya, “Ketika pagi hari mendatangi manusia, maka seluruh anggota tubuh memberikan peringatan kepada lisan dengan berkata ‘bertakwalah kamu kepada Allah untuk kami karena kami sangat bergantung kepadamu. Jika kamu istiqomah, maka kami istiqomah dalam kebaikan. Jika kamu menyimpang, maka kami juga akan menyimpang’.”
Hadits ini menggambarkan betapa pentingnya peran lisan dan ucapan dalam perilaku manusia. Jika ucapan manusia baik, maka perilakunya akan menjadi baik. Jika ucapan manusia buruk, maka perilakunya juga akan menjadi buruk. Dari sudut psikologis, ucapan yang baik memang dapat menimbulkan perbuatan yang baik.
Hal ini karena lisan atau ucapan adalah ungkapan yang keluar dari dalam hati manusia, maka ia menggambarkan karakter dan perilaku manusia. Hal ini tersirat dari penjelasa Imam Al-Mubarakfuri dalam kitab Tuhfatul Ahwadzi bi Syarhi Jami’ at-Tirmidzi ketika menjelaskan hadits ini pada juz 7, halaman 75:
اللِّسَانُ تُرْجُمَانُ الْقَلْبِ وَخَلِيفَتُهُ فِي ظَاهِرِ الْبَدَنِ
Artinya: “Lisan adalah penerjemah bahasa hati dan implementasi hati yang nampak dari tubuh seseorang.”
Tanggung jawab ucapan sangat besar, bahkan ia dianggap kunci kebahagiaan dan kesengsaraan seseorang di akhirat. Lisan dapat memasukkan manusia ke dalam surga, sekaligus dapat menjerumuskan manusia ke dalam neraka. Hal ini ditegaskan Nabi pada hadits yang diriwayatkan Imam Al-Bukhari dalam kitab Shahihul Bukhari, juz 8, halaman 101:
إِنَّ العَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللَّهِ، لاَ يُلْقِي لَهَا بَالًا، يَرْفَعُهُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَاتٍ، وَإِنَّ العَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللَّهِ، لاَ يُلْقِي لَهَا بَالًا، يَهْوِي بِهَا فِي جَهَنَّمَ
Artinya, “Sesungguhbya seorang manusia yang berbicara dengan kata-kata yang disukai Allah yang ia tidak mempedulikannya, akan tetapi Allah mengangkatnya beberapa derajat dengan ucapan itu. Sesungguhnya seorang hamba yang berbicara dengan kata-kata yang dibenci Allah yang ia tidak mempedulikannya, akan tetapi Allah akan menghempaskannya ke dalam neraka dengan ucapan itu.”
Semoga Allah menjaga lisan dan ucapan diri kita dari hal-hal yang buruk dan menyakiti orang lain, sehingga kita bisa menyelamatkan diri kita dari tanggung jawab besar, yaitu ucapan. Dengan demikian, kita dapat meraih kebahagiaan dan keselamatan di akhirat kelak. Amin, ya Rabbal ‘Alamin.(cita septa)
Facebook Comments