
Sukoharjonews.com -Beberapa orang mungkin merasa bersalah karena mempraktikkan self-love dan salah mengira bahwa self-love sebagai keegoisan atau narsisme. Namun, self-love sama sekali berbeda dengan egois, lho. Faktanya, psikolog terkenal seperti Eric Fromm dan Alfred Adler percaya bahwa self-love diperlukan untuk rasa harga diri dan peningkatan diri yang sehat.
Dilansir dari sych2go, Rabu (28/6/2023), psikoterapis berlisensi Sharon Martin, mencintai diri sendiri berarti menerima diri kamu sepenuhnya, memperlakukan diri sendiri dengan kebaikan dan rasa hormat, serta memelihara pertumbuhan dan kesejahteraan kamu sendiri.Cari tahu perbedaan egois dan self-love berikut ini.
Positivity vs Superiority
Meski self-love adalah tentang menjaga diri sendiri, itu tidak berarti harus mengorbankan orang lain. Ini adalah salah satu kesalahpahaman paling umum yang dimiliki orang dan mengapa mereka terkadang salah mengira self-love sebagai keegoisan. Mencintai diri sendiri bukanlah tentang mengabaikan kebutuhan orang lain.
Sebaliknya, ini tentang memiliki hubungan yang lebih positif dengan diri sendiri dan mendukung diri sendiri sebanyak yang kamu lakukan terhadap orang-orang di sekitar kamu. Tindakan dan pilihan yang kamu buat harus menyeimbangkan antara mencintai dan menghormati diri sendiri seperti yang kamu lakukan pada orang lain.
Keyakinan Diri vs Narsisme
Narsisme sebenarnya berakar pada kekurangan rasa percaya diri, bukan kelebihannya. Orang-orang yang egois dan narsistik menempatkan diri mereka di atas orang lain karena mereka tidak memiliki rasa aman dalam nilai mereka sendiri, sehingga mereka merasa perlu menjadi kompetitif dan pamer sebanyak mungkin untuk meyakinkan orang lain tentang hal itu.
Namun, rasa percaya diri yang berasal dari self-love tidak merasa perlu untuk menyombongkan pencapaian mereka atau menjatuhkan orang lain hanya untuk merasa nyaman dengan diri mereka sendiri. Mereka dapat menerima pujian untuk pekerjaan yang dilakukan dengan baik. Mereka tahu perbuatan dan kualitas positif mereka sendiri dan mereka merayakannya, bukan menyombongkannya.
Welas Asih vs Mengkritik
Apa yang gagal dipahami oleh kebanyakan orang adalah bahwa mengkritik diri sendiri dapat lebih merugikan bagi kita karena hal itu dapat menghalangi kita untuk memperlakukan diri sendiri dengan welas asih. Jadi, ketika kamu membuat kesalahan, amati bagaimana kamu bereaksi dan bicaralah kepada diri sendiri tentang hal itu.
Ketahanan vs Sabotase Diri
Ketika kamu fokus pada diri sendiri, self-love dapat membuka jalan bagi lebih banyak kebahagiaan dan kedamaian dalam hidup. Mempraktikkan self-love dan memperlakukan diri sendiri dengan kebaikan, bahkan saat menghadapi kesulitan, dapat memupuk harapan, optimisme, dan ketahanan emosional.
Jadi, ketika kamu bergumul dengan sesuatu, ketahuilah bahwa itu adalah self-love untuk meminta bantuan saat kamu membutuhkannya, bukan keegoisan. Ini karena self-love mendorong kesadaran diri dan perbaikan diri, sedangkan keegoisan mendorong penghancuran diri.
Ini adalah bentuk cinta diri untuk mengetahui batasan kamu, menghormati batasan orang lain, dan mengomunikasikan apa yang kamu butuhkan dengan jelas.
Menetapkan Batas vs Melampaui Batas
Self-love dalam tindakan bisa sangat mirip dengan mengambil inisiatif dan menjadi lebih tegas. Itu karena ketika kamu mencintai diri sendiri, kamu memprioritaskan kesejahteraan kamu dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan kamu sendiri, tidak hanya menyerahkannya kepada orang lain. Kamu sering membuat pilihan yang sehat dan menetapkan batasan yang sehat untuk diri sendiri.(patrisia argi)
Facebook Comments