
Sukoharjonews.com – Setiap perempuan yang melewati proses melahirkan akan ada kemungkinan untuk mengalami suatu kondisi stres hingga trauma pasca melahirkan. Kondisi tersebut memang rentan dialami oleh setiap perempuan, khususnya pada perempuan yang menikah di usia muda.
Dilansir dari The Guardian, Senin (1/5/2023), usai melahirkan, perempuan akan mengalami proses adaptasi baru untuk menjalani perannya sebagai ibu. Mulai dari aktivitas sehari-hari, seperti menyusui dan mengurus keperluan anak sampai dengan perubahan bentuk badan. Perubahan tersebut dapat menjadi sebuah trauma tersendiri bagi perempuan.
Sering kali pasca melahirkan, perempuan cenderung akan mengalami trauma secara psikologis. Bahkan trauma tersebut dapat terjadi secara berkepanjangan. Kondisi ini dalam medis disebut sebagai baby blues dan postpartum post traumatic stress disorder (PTSD) atau depresi pasca melahirkan. Lalu, bagaimana sebenarnya trauma melahirkan itu? Dan apa saja penyebabn serta dampaknya? Yuk, cari tahu jawabannya berikut ini!
Memahami Trauma Melahirkan
Umumnya, proses melahirkan memang terbilang sulit dan menyakitkan untuk kebanyakan perempuan. Mulai dari merasakan kontraksi, mengejan, hingga merasakan sakitnya jahitan, baik melahirkan dengan proses pervaginam (normal) atau seksio sesarea (caesar). Dilansir dari The Guardian, menurut penelitian, sepertiga perempuan menyebutkan bahwa melahirkan bagi mereka adalah sebuah pengalaman yang traumatis.
Trauma melahirkan merupakan pengalaman apa pun selama persalinan yang menyusahkan atau yang dianggap traumatis bagi ibu yang melahirkan dan atau pasangannya, dikutip dari Psychology Today. Sehingga hal tersebut menimbulkan penderitaan berkelanjutan selama beberapa waktu pasca melahirkan. Melansir dari Australian Birth Trauma Association, trauma melahirkan sendiri dapat terjadi secara fisik maupun psikologis.
Trauma melahirkan fisik umumnya dapat secara langsung maupun tidak langsung dikenali. Umumnya, trauma ini dapat berupa robekan perineum, kerusakan otot dasar panggul, prolaps organ panggul, hingga luka caesar.
Sementara itu, trauma melahirkan psikologis sering kali terjadi karena banyak ibu yang merasa tidak siap atau proses kelahiran tidak sesuai dalam rencana atau ekspetasinya. Beberapa ibu yang melahirkan mengalami tekanan emosional yang parah setelah kelahiran traumatis meskipun ia tidak mengalami trauma fisik.
Penyebab Trauma Melahirkan
Trauma melahirkan tidak hanya terjadi karena diakibatkan dari proses melahirkan, melainkan juga bisa terjadi setelahnya karena faktor lingkungan yang tidak mendukung, seperti tekanan dari lingkungan sekitar mengenai proses melahirkan hingga kondisi sang bayi. Melansir dari berbagai sumber, ada beberapa hal yang dapat menjadi penyebab perempuan mengalami trauma melahirkan di antaranya:
-Proses melahirkan yang tidak sesuai harapan dan rasa sakit yang tidak terkendali selama persalinan.
-Operasi caesar darurat.
-Kurangnya rasa hormat dan kasih sayang dari petugas medis selama proses persalinan dan setelahnya.
-Trauma yang masih ada dari persalinan sebelumnya.
-Memiliki masalah kecemasan.
Dampak dari Trauma Melahirkan
Bagi sebagian perempuan, melahirkan bisa jadi momen pengalaman yang menakutkan dan menyakitkan karena berbagai faktor alasan. Sehingga, momen tersebut memberi dampak yang membekas dan menjadi trauma tersendiri, khususnya secara emosional. Dampaknya pun dapat berbeda-beda pada setiap perempuan.
Melansir dari Psychology Today, trauma melahirkan dapat berdampak negatif pada pengalaman menyusui, meningkatkan kecemasan terkait kehamilan atau pengalaman melahirkan nanti, mengganggu ikatan ibu dengan bayi, dan menyebabkan masalah dalam hubungan sang ibu dengan pasangan hingga keluarga.
Trauma melahirkan yang tidak mendapatkan perhatian dan perawatan dapat meningkatkan risiko depresi pasca persalinan. Beberapa penelitian menunjukkan risiko depresi pasca persalinan meningkat 4 hingga 5 kali lipat pada ibu yang melaporkan tingkat trauma kelahiran yang tinggi dan 4-6 persen perempuan melahirkan mengalami gangguan stres pasca trauma (PTSD). Melansir dari Pregnancy Birth baby, menurut studi penelitian di Australia menemukan bahwa lebih dari 1 dari 20 ibu menunjukkan tanda-tanda PTSD pada 12 minggu pasca melahirkan.
Gejala trauma melahirkan umumnya dapat berupa pikiran yang berulang dan mengganggu, kilas balik proses melahirkan atau mimpi buruk, menghindari orang, tempat, dan objek yang mengingatkan si ibu akan momen kelahiran, terlalu sadar akan potensi ancaman terhadap sang ibu atau bayi, merasa bersalah dan menyalahkan diri sendiri, hingga memiliki kesulitan mengingat bagian dari momen kelahiran.
Trauma tersebut tak hanya bisa dialami oleh sang ibu saja, melainkan juga pasangan ibu melahirkan yang menyaksikan kelahiran traumatis, khususnya suami.(patrisia argi)
Facebook Comments