Ragam  

Upaya Percepatan Program Desa Inklusif, Lakpesdam Sukoharjo Gelar Capacity Building Pengurus Sekolah Lapang

Lakpesdam PBNU Sukoharjo menyelenggarakan Capacity Building Sekolah Lapang di Desa Ngreco, Kecamatan Weru, Sabtu (9/9/2023).

Sukoharjonews.com (Weru) – Sebanyak delapan desa di Kabupaten Sukoharjo diusulkan untuk menjadi Desa Inklusif. Namun, dari delapan desa yang diusulkan tersebut akhirnya terpilih empat 4 desa yang menjadi percontohan Desa Inklusif. Empat desa tersebut masing-masing Desa Jatisobo (Polokarto), Kenokorejo (Polokarto), Mertan (Bendosari), dan Desa Ngreco (Weru).


Dalam keterangan pers yang diterima Sukoharjonews.com, Dalam upaya percepatan mewujudkan Desa Inklusif tersebut, Kementerian Desa PDTT yang difasilitasi Lakpesdam PBNU menyelenggarakan Capacity Building Sekolah Lapang di semua desa percontohan. Untuk Sukoharjo, Capacity Building sudah dilaksanakan di satu desa, yakni di Desa Jatisobo, Kecamatan Polokarto pada Juli 2023 yang lalu.

Seytelah itu, kegiatan serupa juga dilakukan di Desa Ngreco, Kecamatan Weru, Sabtu (9/9/2023) di Sanggar Inklusi Anak Bangsa, Desa Ngreco, Kecamatan Weru.

Kepala Desa Ngreco, Saimin, menyatakan rasa senangnya sekaligus bangga. Ia berharap Ngreco bisa menjadi pilot project untuk program desa inklusif lainnya. Desa-desa lain kelak diharapkan akan mereplikasi desa inklusif yang sudah berjalan, sesuai dengan kearifan lokal masing-masing, serta dengan merancang pembangunan desa merujuk akar budaya setempat.


Sedangkan Koordinator Tim Teknis P3PD Lakpesdam NU Sukoharjo, Raha Bistara, mengatakan, desa inklusif merupakan representasi dari kebhinekaan bangsa Indonesia. Dengan terbentuknya desa inklusif, maka semua masyarakat di dalamnya benar-benar bisa menghargai perbedaan yang ada.

“Perbedaan jangan sampai menghalangi masyarakatnya untuk membangun bersama. Apabila semua desa di Indonesia saling menghormati, menghargai, mengakomodasi, saling memiliki, dan semuanya terlibat, maka akan sangat indah,” ujarnya.

Menurutnya, siapapun dia, tanpa memandang apa warna kulitnya, sukunya, apakah difabel atau tidak, semuanya dapat berkontribusi membangun desanya masing-masing.


Sementara itu, salah satu Pengurus Sekolah Lapang Desa Ngreco, Endang TW, merasa sangat bersyukur. “Saya tidak menyangka diajak ikut pelatihan ini. Saya orang kecil tidak tahu apa-apa, tapi di pelatihan ini suara saya didengarkan. Semoga program ini tidak berhenti di sini,” ujarnya.

Suara hampir senada dikatakan oleh para peserta yang umumnya mempunyai keluarga atau saudara difabel. Mereka sangat berterima kasih atas pelatihan yang telah diberikan. Mereka mengakui mendapatkan sebuah pembelajaran yang selama ini tak pernah terbayangkan sebelumnya. Namun yang paling membuat mereka bangga sekaligus haru adalah karena merasa telah dimanusiakan. (nano)


How useful was this post?

Click on a star to rate it!

Average rating 0 / 5. Vote count: 0

No votes so far! Be the first to rate this post.

Facebook Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *