Penting Anda Ketahui, Penjelasan tentang Keutamaan Shalat Dhuha

Ilustrasi. (Dok Kemenag)

Sukoharjonews.com – Di antara waktu-waktu yang sering terlupakan oleh banyak manusia, adalah waktu Dhuha—rentang waktu antara matahari naik setinggi tombak hingga menjelang waktu Zhuhur. Padahal, di balik waktu yang sering dianggap biasa itu, tersimpan lautan keutamaan yang luar biasa. Shalat Dhuha bukan sekadar ibadah sunah, ia adalah hadiah ilahiyah yang membuka pintu rezeki, penghapus dosa, dan jalan mendekat kepada Allah dalam keheningan siang.

Dikutip dari Humayro, Senin (30/6/2025), Rasulullah bersabda: “Setiap pagi, setiap persendian dari tubuh kalian wajib disedekahi. Setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah… dan cukup bagi kalian dua rakaat Shalat Dhuha untuk menggantikan semua itu.” (HR. Muslim)

Apa maknanya? Bahwa setiap pagi tubuh kita membutuhkan syukur, dan syukur itu bisa diwujudkan dalam bentuk Shalat Dhuha. Betapa lembutnya syariat ini: Allah tidak memerintahkan sedekah dengan harta bagi yang tidak mampu, tapi cukup dua rakaat yang ringan sebagai bentuk syukur atas seluruh nikmat tubuh kita.

Ibnu Qayyim rahimahullah pernah berkata: “Shalat Dhuha adalah shalat yang memiliki keutamaan luar biasa. Ia adalah shalat orang-orang yang kembali kepada Allah dan mencintai-Nya.” (Lihat: Zaad al-Ma’ad)

Ketika dunia menggoda dengan sibuknya pekerjaan, tumpukan aktivitas, dan riuhnya urusan kehidupan, Shalat Dhuha seakan menjadi oase. Ia adalah momen kita kembali pada Allah di sela rutinitas. Ketika sebagian orang sibuk mengejar rezeki, orang yang shalat Dhuha justru mengetuk pintu langit agar Allah yang mencukupkannya.

Rasulullah juga bersabda: “Allah berfirman: Wahai anak Adam, janganlah engkau malas mengerjakan empat rakaat di awal siang (yakni Dhuha), maka Aku akan mencukupimu di akhir harimu.” (HR. Abu Dawud, hasan)

Bukankah itu janji yang sangat mulia? Bukan hanya pahala, tapi kecukupan—bukan dari makhluk, tapi dari Allah langsung. Apa lagi yang lebih menjamin selain kecukupan dari Dzat yang memiliki langit dan bumi?

Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata: “Orang-orang salih terdahulu sangat menjaga dua rakaat Dhuha sebagaimana mereka menjaga harta berharganya.”

Bahkan sebagian salaf mengatakan: “Aku tidak melihat rezekiku datang lancar, kecuali setelah aku menjaga Shalat Dhuha.”

Jika kita merenung lebih dalam, Shalat Dhuha bukan hanya tentang pahala, tetapi tentang hubungan hati dengan Rabb yang Maha Memberi. Ia menjadi bentuk pengakuan bahwa kita adalah hamba, dan Allah adalah Pemilik segala sesuatu. Dalam dua rakaat itu, kita seolah berkata, “Ya Rabb, aku datang padamu sebelum aku berusaha, karena aku yakin segala hasil berasal dari-Mu.”

Maka, mengapa aku harus shalat Dhuha?
– Karena aku ingin dekat dengan Allah.
– Karena aku ingin rezekiku diberkahi.
– Karena aku ingin dosaku diampuni.
– Dan karena aku tidak ingin menjadi orang yang lalai di tengah dunia yang bising.

Mari kita jaga Shalat Dhuha. Dua rakaat yang ringan, namun bisa menjadi berat di timbangan amal. Saat dunia sibuk mengejar dunia, biarlah kita diam sebentar, sujud dalam tenang, dan menengadahkan tangan pada Yang Maha Kaya. (nano)


How useful was this post?

Click on a star to rate it!

Average rating 5 / 5. Vote count: 1

No votes so far! Be the first to rate this post.

Facebook Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *