Ragam  

Pasutri Ini Tetap Bertahan Ditengah Lesunya Penjualan Terompet Tahun Baru

Pasutri pedagang terompet tahun baru asal Wonogiri tetap bertahan berjualan terompet di utara rumah dinas bupati meski tengah lesu.

Sukoharjonews.com (Sukoharjo) – Malam pergantian tahun baru kali ini bakalan sepi dari suara terompet. Pasalnya, sejak tahun lalu penjualan terompet turun drastis hingga membuat pedagang terompet enggan berjualan. Seperti tahun ini dimana hanya ada dua pedagang terompet yang mangkal di sekitar simpang lima. Dua orang penjual tersebut merupakan pasangan suami istri (pasutri) asal Bulukerto, Wonogiri yang tetap bertahan meski penjualan tengah lesu.



Pasutri tersebut adalah Partun dan Kasiman. Meski penjualan lesu, keduanya tetap bertahan berjualan terompet. Sejak mangkal di utara rumah dinas bupati, dalam dalam sehari terompet yang terjual hanya dua hingga lima terompet, bahkan, dalam sehari tak ada satupun terompet yang laku. “Saya bersama suami sudah sepakan ini berjualan terompet di sini (utara rumah dinas), tapi jarang yang beli,” ujar Partun.

Partun mengaku bersama sang suami membawa 300 buah terompet berbagai jenis dan harga. Dirinya berjualan sejak pukul 07.00 WIB hingga 21.00 WIB. Harga satu terompet sendiri antara Rp20 ribu hingga Rp40 ribu. Selama mangkal, dalam sehari laku antara dua buah hingga lima buah terompet. Partun mengaku terompet tersebut dibuat sendiri bersama suami dan terompet yang dijual sudah disiapkan sejak tiga bulan lalu.

“Meski tahun lalu sudah lesu, tapi terompet masih terbilang laku. Bahkan, 300 terompet bisa habis dalam seminggu. Beda degan tahun ini, meski tidak banyak yang jualan, tetap saja tidak laku,” ujarnya.

Partun mengaku, tahun lalu pedagang terompet masih banyak dan jejer-jejer di pinggir jalan. Namun, saat ini pemandangan seperti itu tidak terjadi karena pedagang malas berjualan. Hal itu dipicu lesunya penjualan. Seperti diketahui, penjualan terompet sempat digoyang isu penularan penyakit tahun lalu, sedangkan saat ini diterpa mengenai isu terompet merupakan budaya Yahudi yang marak di daerah lain. (erlano putra)



How useful was this post?

Click on a star to rate it!

Average rating 5 / 5. Vote count: 1

No votes so far! Be the first to rate this post.

Facebook Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *