Ragam  

Mengikuti Kunjungan Kerja DPRD Sukoharjo ke Nusa Tenggara Timur (2)

Kabupaten Manggarai Timur, Genjot PAD Dari Kondisi Geografis Pegunungan

Rombongan Komisi 2 dan 3 DPRD Sukoharjo saat berkunjung ke DPRD Kabupaten Manggarai Timur.

Sukoharjonews.com (Manggarai Timur) – Kunjungan kerja (Kunker) Komisi 2 dan 3 hari kedua di Nusa Tenggara Timur (NTT) sampai ke Kabupaten Manggarai Timur (Matim). Kabupaten ini merupakan pemekaran dari Kabupaten Manggarai pada tahun 2007 lalu. Sebagai kabupaten baru, Manggarai Timur berusaha menggenjot Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan kondisi geografis pegunungan. Kondisi tersebut hampir sama dengan Sukoharjo wilayah selatan yang juga merupakan pegunungan.



“Inilah yang kami gali karena kondisi geografisnya hampir sama dengan Sukoharjo wilayah selatan. Selama ini potensi di kawasan tersebut bisa dikatakan belum digali secara maksimal,” ungkap Ketua Komisi 2 DPRD Sukoharjo, Timbul Darmanto, Rabu (28/8).

Kunker di Kabupaten Manggarai Timur diterima oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Boni Hasudungan. Dalam kesempatan itu, Boni mengaku dibutuhkan upaya khusus untuk meningkatkan PAD agar bisa mengejar ketertinggalan dengan daerah lain. Selain sektor pajak, PAD digenjot dari produk unggulan Manggarai Timur. Salah satunya adalah produk kopi yang pernah menjadi juara nasional.

Saat ini, ujar Boni, kontribusi PAD terbesar berasal dari pajak galian C yang masih dikelola kabupaten. Dengan total APBD sekitar Rp1 triliun dan PAD baru mencapai Rp60 miliar, roda pemerintahan masih tergantung pada Dana Alokasi Umum (DAU) dari pemerintah pusat. Boni mengaku tahun sudah bisa meraih opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari BPK.

“Meski sebagain besar pegunungan, kami memiliki beberapa objek wisata pantai. Kami harap pesatnya wisata di Labuan Bajo suatu saat akan sampai ke Manggarai Timur,” ujarnya.

Dalam kesempatan itu, anggota Komisi II, Suryadi mempertanyakan penggunaan dana desa di Matim. Terkait hal itu, Boni mengaku Matim memiliki 159 desa dan awalnya terdapat 58 desa dalam kategori sangat tertinggal. Dengan adanya dana desa, perlahan-lahan desa sangat tertinggal mampu meningkatkan status sehingga saat ini desa sangat tertinggal hanya menyisakan tujuh desa.

Ketua Komisi 3, Dahono Marlianto saat menyerahkan kenang-kenangan pada Sekda Kabupaten Manggarai Timur, Boni Hasudungan.

“Berkat dana desa dan komitmen Pemkab Matim, 51 desa sangat tertinggal mampu meningkatkan status menjadi tertinggal. Kami akan terus berupaya agar tidak ada lagi desa sangat tertinggal di Matim,” ujar Boni.

Pada prinsipnya, ujar Boni, setiap pemerintah desa harus menggali potensi masing-masing agar desa semakin maju dan berkemmbang. Memang, hal itu tidak bisa dalam waktu dekat karena dibutuhkan waktu dan proses. Intinya, melalui pendapatan potensi masing-masing desa diharapkan setiap desa berlmba-lomba menggali potensi sehingga menjadi unggulan.

Ketua Komisi 3 DPRD Sukoharjo, Dahono Marlianto mengatakan, meski Kabupaten Manggarai Timur baru berusia 12 tahun, namun upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah daerah sudah banyak menunjukkan hasil. Salah satunya dalam upaya mengentaskan desa yang sebelumnya ada 58 desa sangat tertinggal dan sekarang tinggal tujuh desa sangat tertinggal.

“Kalau untuk urusan desa termasuk pembentukan BUMDes, bisa juga dijalankan di Sukoharjo dimana saat ini belum semua desa memiliki BUMdes. Inilah yang harus jadi perhatian Pemkab Sukoharjo untuk mendorong pemerintah desa membentuk BUMdes dan mengelola potensi unggulan yang ada,” ujarnya. (sumarno)



How useful was this post?

Click on a star to rate it!

Average rating 0 / 5. Vote count: 0

No votes so far! Be the first to rate this post.

Facebook Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *