Sukoharjonews.com (Sukoharjo) – Sukoharjo dikenal sebagai daerah lumbung pangan di Jawa Tengah dan juga nasional. Produktivitas padi tiap tahun mampu memenuhi kebutuhan lokal dan juga nasional. Meski begitu, petani di Sukoharjo belum banyak yang tertarik untuk mengasuransikan tanaman padinya. Padahal, pemerintah masih memberikan subsidi. Saat ini, baru sekitar 1.000 hektar tanaman padi saja yang diikutkan asuransi pertanian.
“Kami senantiasa mendorong petani untuk ikut asuransi pertanian, terlebih lagi saat musim penghujan dimana dikhawatirkan bisa muncul bencana alam sehingga membuat tanaman padi rusak,” ujar Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Sukoharjo, Netty Harjianti, Jumat (20/3/2020).
Dikatakan Netty, asuransi pertanian sangat diperlukan sebagai jaminan ganti rugi apabila terjadi bencana atau gagal panen. Untuk itu, dinas terus mendorong petani agar ikut asuransi pertanian. Setiap tahun dinas berharap kepesertaan asuransi bisa mencapai 3.000-4.000 hektar. Hanya saja, saat ini baru bisa terpenuhi 1.000 hektar. Netty mengatakan, ketika terjadi bencana, beban petani bisa semakin ringan jika diasuransikan.
Padahal, ujar Netty, asuransi pertanian tidak hanya untuk menghadapi kegagalan tanaman padi saat musim hujan dimana ada banjir saja, namun juga kondisi bencana lain seperti serangan hama dan kekeringan akibat kemarau panjang. Selain itu, premi yang harus dibayarkan cukup ringan yakni Rp36 ribu per hektar sekali tanam. Biaya tersebut hanya 20% saja dari total keseluruhan yang dibayarkan mengingat pemerintah pusat masih memberikan subsidi bagi petani sebesar 80%.
“Apabila petani mengalami kegagalan panen, petani akan mendapatkan ganti rugi sebesar Rp6 juta. Pemberian dana tersebut diharapkan bisa menekan kerugian petani sehingga mereka bisa melakukan tanam padi kembali,” ujarnya.
Selama ini, Netty mengaku masih banyak petani yang menilai asuransi pertanian belum perlu karena sangat jarang tanaman padi gagal panen atau diserang hama hingga rusak parah. (erlano putra)
Facebook Comments