Sukoharjonews.com – PT Rayon Utama Makmur (PT RUM) Nguter, Sukoharjo mengklaim sudah melaksanakan poin-poin kesepakatan yang dihasilkan saat demo pada Kamis (26/10) lalu. Bahkan, saat ini pelaksanaan dari kesepakatan tersebut masih berjalan. Yakni, agenda pengobatan gratis untuk warga sekitar pabrik.
“Poin kesepakatan ada delapan. Beberapa poin sudah dilaksanakan dan saat ini masih berjalan. Kita kawal bersama-sama,” jelas Direktur Umum PT RUM Mochamad Rachmat saat jumpa pers dengan wartawan, Senin (06/11) sore tadi.
Dikatakan Rachmat, pengobatan gratis tersebut dilakukan oleh PT RUM dalam rangka melaksanakan kesepakatan tersebut. Selain di Dukuh Tawang Krajan, Desa Gupit, pengobatan juga direncanakan dilakukan di Desa Plesan pada Selasa (07/11) besok. Rachmat mengakui, bau tidak sedap yang dirasakan warga bisa terjadi karena adanya kegagalan dalam pengolahan limbah.
“Kegagalan proses dalam pengolahan limbah tersebut lantas memicu penggunaan H2SO4 atau asam sulfat atau ammonia yang akhirnya menimbulkan bau,” paparnya.
Yang jelas, ujar Rachmat, PT RUM bertanggungjawab penuh dengan dampak yang ditimbulkan salah satunya terkait kesehatan warga. Kesepakatan lain mengenai “Corporate Social Responsibility” (CSR) yang diakui Rachmat saat ini PT RUM belum berproduksi. Namun, selama ini perusahaan sudah melakukan CSR dengan melakukan perbaikan jalan, dan lainnya.
Poin kesepakatan lain yang tengah dilaksanakan adalah melakukan perbaikan pipa pembuang hingga Bengawan Solo. Begitu juga dengan pemasangan alat detektor, Rachmat mengaku perusahaan sudah memesan sejumlah detektor air, gas, dan juga detektor lain yang akan dipasang di sejumlah titik di luar pabrik. Rachmat juga berjanji akan memberitahukan pada warga jika terjadi kegagalan produksi kembali.
“Apa yang sudah jadi kesepakatan akan kami lakukan dengan benat-benar. Mari kita kawal bersama-sama,” tegasnya.
Sedangkan Institusional Relation PT Sritex Grup Bintoro Dibyoseputro mengatakan, seharusnya saat ini PT RUM sudah beroperasi seperti perencanaan awal. Namun, karena munculnya masalah bau tersebut produksi mundur karena PT RUM harus membenahi peralatan dan juga teknologi untuk pengolahan limbah.
“Dampak yang terjadi karena tengah dilakuian tes dan dalam tes tersebut terjadi kegagalan. Baik kegagalan mesin maupun di pascaproduksinya,” ujar Bintoro.
Bintoro juga mengakui jika bau yang timbul akibat penggunaan H2SO4 atau ammonia dalam penanganan limbah. Ammonia tersebut dibutuhkan untuk melancarkan limbah yang memadat akibat adanya kegagalan proses saat ujicoba produksi.
Direktur SDM PT RUM Sukoharjo Haryo Ngadiyono menambahkan, saat ini proses ujicoba produksi dihentikan karena proses pergantian tenaga listrik. Dari sebelumnya menggunakan tegangan listrik menengah berganti tegangan tinggi. Diharapkan, saat menggunakan tegangan tinggi nantinya proses produksi yang dilakukan tidak terganggu dan tidak menimbulkan efek yang merugikan warga. (erlano putra)
Facebook Comments