Khutbah Jumat: Amalan yang Sering Diabaikan, Padahal Dapat Bantu Lancarkan Rezeki

Khutbah Jumat: amalan yang ternyata dapat bantu lancarkan rezeki.(Foto: dream)

Sukoharjonews.com – Setiap orang tentu menginginkan rezeki yang lancar dan berkah untuk memenuhi kebutuhan hidup serta mencapai kebahagiaan. Dalam Islam, mencari rezeki yang halal dan berkah adalah bagian dari ibadah. Selain berusaha keras, berdoa adalah wujud keyakinan kita bahwa segala sesuatu berasal dari Allah, termasuk kemudahan dalam rezeki. Istighfar, atau memohon ampun kepada Allah, bukan hanya sekadar ritual keagamaan. Lebih dari itu, istighfar memiliki keutamaan luar biasa dalam mendatangkan rezeki. Dengan memperbanyak istighfar, kita tidak hanya membersihkan diri dari dosa, tetapi juga membuka pintu rahmat dan pertolongan Allah dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk urusan ekonomi.


Dikutip dari Nu Online, pada Kamis (17/4/2025) istighfar bukan sekadar ucapan ritual, melainkan bentuk kesadaran dan kerendahan hati seorang hamba di hadapan Allah swt. Dalam Al-Qur’an surat Nuh ayat 10-12 disebutkan:

فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوْا رَبَّكُمْ اِنَّهٗ كَانَ غَفَّارًاۙ

Artinya, “Lalu, aku berkata (kepada mereka), “Mohonlah ampun kepada Tuhanmu. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun.”

يُّرْسِلِ السَّمَاۤءَ عَلَيْكُمْ مِّدْرَارًاۙ

Artinya, “(Jika kamu memohon ampun,) niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit kepadamu.”

وَّيُمْدِدْكُمْ بِاَمْوَالٍ وَّبَنِيْنَ وَيَجْعَلْ لَّكُمْ جَنّٰتٍ وَّيَجْعَلْ لَّكُمْ اَنْهٰرًاۗ

Artinya, “Memperbanyak harta dan anak-anakmu, serta mengadakan kebun-kebun dan sungai-sungai untukmu.”


Dalam Kitab Hasyiyatus Shawi ‘ala Tafsiril Jalalain karya Syekh Ahmad bin Muhammad As-Shawi Al-Maliki, juz IV, halaman 326, disebutkan bahwa istighfar menjadi kunci dari berbagai permasalahan seperti sempitnya rezeki dan berbagai permasalahan yang komplek.

Diriwayatkan dari Al-Hasan, suatu ketika datang kepadanya orang-orang dengan berbagai permasalahan yang dihadapi. Orang pertama mengadu tentang kondisi ekonominya yang begitu terpuruk. Kebutuhan keluarga yang ia tanggung tak dapat ia cukupi.

Orang kedua mengadu tentang kondisi di mana ia belum dikarunia keturunan oleh Allah swt. Ia menginginkan buah hati sebagai penerusnya.


Orang ketiga adalah seorang petani yang tidak pernah mendapatkan hasil maksimal dari tanamannya. Selam bercocok tanam, ia selalu menghadapi permasalahan seperti hama dan kekeringan yang melanda.

Mendengar keluhan dari orang-orang tersebut, Al-Hasan hanya menjawab dengan satu kalimat:

اِسْتَغْفِرِ اللهَ

Artinya, “Bacalah istighfar, mintalah ampunan kepada Allah.”

Mendengar jawaban yang singkat ini, Rabi’ bin Shahib pun memberanikan diri untuk bertanya:

“Wahai Al-Hasan, banyak orang yang mendatangimu dengan mengadukan berbagai hal dan meminta (pertolongan) bermacam-macam kepadamu. Tapi mengapa hanya istighfar yang kau jadikan sebagai solusi jalan keluar?” Al-Hasan pun terdiam, kemudian ia hanya membacakan Surat Nuh ayat 10-12 ini.


Kisah ini menunjukkan kepada kita bahwa memohon ampun dengan senantiasa membaca istighfar mampu menjadi solusi dari berbagai permasalahan. Rasulullah pun telah mengajarkan kita berbagai redaksi bacaan istighfar di antaranya adalah Sayyidul istighfar yakni:

اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ. أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ. أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ. فَاغْفِرْ لِيْ فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلَّا أَنْتَ

Artinya, “Hai Tuhanku, Engkau Tuhanku. Tiada tuhan yang disembah selain Engkau. Engkau yang menciptakanku. Aku adalah hamba-Mu. Aku berada dalam perintah iman sesuai perjanjian-Mu sebatas kemampuanku. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan yang kuperbuat. Kepada-Mu, aku mengakui segala nikmat-Mu padaku. Aku mengakui dosaku. Maka itu ampunilah dosaku. Sungguh tiada yang mengampuni dosa selain Engkau.”

Dalam kitab Al-Adzkar karya Imam An-Nawawi dianjurkan untuk memasukkan Sayyidul Istighfar ke dalam doa harian. Hal ini sesuai dengan hadits Rasulullah yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dari Syaddad bin Aus:

وَمَنْ قَالَهَا مِنَ النَّهَارِ مُوقِنًا بِهَا، فَمَاتَ مِنْ يَوْمِهِ قَبْلَ أَنْ يُمْسِىَ، فَهُوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ، وَمَنْ قَالَهَا مِنَ اللَّيْلِ وَهْوَ مُوقِنٌ بِهَا، فَمَاتَ قَبْلَ أَنْ يُصْبِحَ، فَهْوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ

Artinya, “Barangsiapa mengucapkannya pada siang hari dan meyakininya, lalu dia mati pada hari itu sebelum waktu sore, maka dia termasuk penghuni surga. Dan barangsiapa mengucapkannya pada malam hari dalam keadaan meyakininya, lalu dia mati sebelum waktu pagi, maka dia termasuk penghuni surga.”


Demikianlah upaya-upaya batin yang perlu kita lakukan agar kita senantiasa mendapatkan rezeki berkah dan lancar dari Allah melalui bacaan istighfar. Semoga kita bisa mengamalkan istighfar dalam setiap langkah kehidupan kita di dunia. Amin.(cita septa)


How useful was this post?

Click on a star to rate it!

Average rating 0 / 5. Vote count: 0

No votes so far! Be the first to rate this post.

Facebook Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *