Sukoharjonews.com (Nguter) – Sanggar Inklusi Tunas Bangsa Nguter menggelar kegiatan unik, Rabu (21/3). Sanggar tersebut mengajak anak didiknya yang merupakan penyandang disabilitas untuk membunyikan bunyi-bunyian selama satu menit. Kegiatan itu dalam rangka kampanye pendidikan inklusi ke masyrakat umum, pemerintah, dan juga swasta. Harapannya, pendidikan inklusi tersosialisasi dengan baik sehingga anak-anak penyandang disabilitas mendapatan hak pendidikannya.
Ketua Sanggar Inklusi Tunas Bangsa Nguter Puji Handayani mengatakan, dengan kampanye tersebut diharapkan anak-anak penyandang disabilitas bisa mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai usia. Pasalnya, saat ini masih banyak anak-anak penyandang disabilitas belum sekolah karena terkendala banyak hal. Antara lain belum adanya kurikulim pendidikan yang sesuai, kurang tahunya masyarakat akan pentingnya pendidikan inklusi. Selain itu, kendala lain adalah tidak diizinkannya anak-anak disabilitas bersekolah oleh orang tuanya.
“Semua anak harusnya bisa bersekolah terlepas dari kondisi mereka, termasuk anak-anak penyandang disabilitas. Tapi, biasanya anak-anak ini justru hanya ditinggalkan di rumah, ujarnya.
Puji juga mengatakan, terkait masalah itu, pihaknya dengan instansi terkait melakukan diskusi bersama agar secara perlahan dapat merubah mindset masyarakat tentang pendidikan anak-anak penyandang disablitas. Sehingga, kedepan semua anak-anak tersebut memperoleh pendidikan seperti anak-anak yang lain. Saat ini, Sanggar Inklusi Tunas Bangsa Nguter memiliki sekitar 30 siswa. Mereka berasal dari masyarakat Sukoharjo khususnya di sekitar Nguter. Bahkan, ada juga siswa yang berasal dari luar Sukoharjo.
Selain membuat bunyi-bunyian selama satu menit, ujar Puji, Sanggar Inklusi Tunas Bangsa juga menggelar pentas inklusi, “finger painting” serta penandatanganan kepedulian bersama tentang pentingnya pendidikan inklusi. Puji berharap semua anak-anak penyandang disabilitas di Sukoharjo mendapatkan pendidikan yang layak sesuai usia dan kemampuannya.
“Tidak perlu malu memiliki anak disabilitas. Mereka juga berhak mendapatkan pendidikan. Jadi, jangan hanya ditinggal di rumah saja,” pesannya.
Puji juga menyampaikan 10 pernyataan sikap untuk mendukung anak disabilitas bersekolah. Masing-masing, semua anak ingin bisa mencapai sekolah, semua anak ingin masuk dan melewati sekolah, semua anak ingin bisa menggunakan kamar mandi, semua anak ingin menerima pelajaran dengan baik, semua anak ingin bermain. Lima lainnya adalah semua anak ingin punya teman, semua anak ingin orang tua yang bisa membantu, semua anak ingin bimbingan yang baik, semua anak ingin perhatian positif, serta semua anak ingin menjadi seperti anak-anak.(erlano putra)
Facebook Comments