Khutbah Jumat: Ikhlas dan Ridho Menerima Keputusan Hasil Pemilu

Ikhlas menerima keputusan pemilu. (Foto: liputan 9)

Sukoharjonews.com – Tahun 2024 disebut juga sebagai tahun politik. Pasalnya, tak lama lagi masyarakat Indonesia akan merayakan pesta demokrasi terbesar yaitu pemilihan presiden beserta wakilnya.


Dikutip dari Nu Online, pada Jumat (16/2/2024), Rabu, 14 Februari 2024 adalah hari penting bagi kita untuk menentukan takdir negeri kita selama minimal lima tahun ke depan. Momen ini di samping menjadi hajatan negara yang sangat penting untuk menentukan para pemimpin di negeri ini juga tentunya menjadi momen berharga untuk mengevaluasi dan meningkatkan terus keimanan dan ketakwaan kita. Ini karena iman dan takwa adalah modal dasar, bekal terbaik, dan jalan hidup dan jalan berpikir yang harus selalu kita bawa dalam hal apapun.

Maasyiral muslimin rakhimakumullah, Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat al-Hadid, ayat 22-23:

مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ فِي الأَرْضِ وَلاَ فِي أَنفُسِكُمْ إِلاَّ فِي كِتَابٍ مِّن قَبْلِ أَن نَّبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِير

Artinya: “Setiap musibah yang menimpa di bumi dan yang menimpa dalam dirimu sendiri, semuanya telah tertulis di dalam kitab (Lauhul Mahfuz) sebelum kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah.”


Musibah adalah segala sesuatu yang menimpa, baik ataupun buruk. Apapun yang terjadi di muka bumi ini maupun pada diri kita sendiri adalah tidak lepas dari suratan takdir Allah. Pemilu kita ini pun demikian. Allah telah memiliki suratan takdir untuk kita. Allah menguji kita apakah kita ikhlas dalam menjalani takdir kita. Apakah kita ridha dalam menerima hasil usaha kita dalam menjalani takdir itu. Bagi Allah, memenangkan siapapun adalah hal yang sangat mudah.

Kita boleh saja telah secara tulus dan ikhlas memperjuangkan kemenangan calon pemimpin kita. Tapi kita juga harus ridha terhadap hasilnya. Jangan sampai kita justru terkena musibah buruk karena tidak ridha pada ketetapan Allah.

لِكَيْلاَ تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلاَ تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ وَاللَّهُ لاَ يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُور

Artinya: “Supaya kalian tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kalian, dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang Allah berikan kepada kalian. Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri.” (QS Al-Hadid: 23).


Dalam konteks pemilu ini, pesan Allah dalam ayat ini harus benar-benar kita pegang teguh. Kita harus meyakini bahwa semua proses pemilu kita dengan segenap dinamikanya itu adalah sejalan dengan takdir Allah. Kita harus berjuang keras menjaga pemilu kita berlangsung secara Luber (Langsung, Umum, Bebas, dan Rahasia), serta secara Jurdil (jujur dan adil). Tetapi, kita juga harus sadar, bahwa takdir Allah itu bukan tentang diri kita sendiri saja, melainkan takdir Allah juga ada pada orang-orang lain.

Berdasarkan data KPU, bahwa DPT Pemilu tahun 2024 ini sebanyak 204.807.222 pemilih. Ini artinya takdir Allah itu berlaku kepada dua ratusan juta orang yang memilih. Jadi, kita juga harus ridha jika ternyata takdir yang kita terima terasa tidak menyenangkan karena jagoan kita kalah. Begitu pula ketika takdir Allah itu terasa menyenangkan kita karena jagoan kita menang, maka kita pun tidak boleh terlalu berbangga dan terlalu gembira.

Maasyiral muslimin rakhimakumullah, Dalam rangka melatih diri berprasangka baik kepada Allah dan ridha terhadap keputusan Allah dalam pemilu 2024 ini, Allah juga mengingatkan kita dalam QS. Al-Baqarah: 216:

وَعَسٰٓى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۚ وَعَسٰٓى اَنْ تُحِبُّوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ وَاَنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ ࣖ

Artinya: “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu buruk bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.”


Kita boleh saja senang dengan takdir jika memang pilihan kita yang menang dan pilihan orang lain kalah. Tapi ingat, itu belum tentu sepenuhnya baik bagi kita semua. Sebaliknya, kita boleh saja tidak suka karena pilihan kita kalah, dan pilihan orang lain yang menang. Tapi ingat, itu juga belum tentu buruk untuk negeri kita.

Mari kita jaga dan kita pastikan bahwa Allah tetap dalam hati kita. Jangan sampai kita tidak menyadari kehadiran Allah dalam hati kita. Jangan sampai kita lupa akan takdir Allah. Selanjutnya, setelah pemilu ini, tugas kita adalah memohon kepada Allah. Kita berharap hanya kepada Allah supaya kebaikan senantiasa menyertai negeri kita, entah kita suka atau tidak suka terhadap hasil pemilu ini.

Hari ini, tinta pemilu sudah kering. Kertas suara sudah tercoblos. Sekalipun kita sedunia ini hendak mengubah hasilnya, jika Allah tidak berkehendak, maka tidak akan ada hasilnya. Manfaat maupun bahaya yang timbul setelah ini tidak perlu lagi dikait-kaitkan dengan pemilu. Melainkan keduanya bergantung kepada sikap kita setelah pemilu ini. Jika kita ridha dan mengupayakan yang terbaik serta senantiasa memohon yang terbaik dari Allah, maka kemanfaatan dan kemaslahatanlah yang akan kita terima di negeri ini.(cita septa)


How useful was this post?

Click on a star to rate it!

Average rating 5 / 5. Vote count: 1

No votes so far! Be the first to rate this post.

Facebook Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *