Warga Wonogiri Kuasai Pasar Terompet di Indonesia

Pedagang terompet di Jalan Jendral Sudirman, Sukoharjo.

Sukoharjonews.com (Sukoharjo) – Menjelang akhir tahun dapat dipastikan pedagang terompet mulai menjamur di berbagai kota di Indonesia. Pedagang terompet akan memilih tempat-tempat strategis, seperti di pinggir-pinggir jalan utama di pusat kota.

Pemandangan serupa juga telihat di Jalan Jendral Sudirman, Sukoharjo. Di kanan kiri jalan protokol itu sudah banyak terlihat pedagang terompet. Bentuk terompet yang dijual pun beragam. Mulai dari yang berbentuk corong biasa hingga terompet berbentuk ular naga dan kupu-kupu.

Harganya pun juga bervariasi menyesuaikan tingkat kesulitan membuat terompet tersebut dan di setiap daerah mungkin berbeda. “Harga mulai dari Rp 5.000 hingga Rp 25.000,” tutur Budi (38) salah satu pedagang, Kamis (28/12).

Bapak satu anak ini mengaku setiap akhir tahun selalu berjualan terompet. Kerjaan sampingan itu sudah dia lakoni sejak 20 tahun silam. Warga Desa Bulukerto, Kecamatan Bulukerto, Wonogiri, Jawa Tengah itu datang ke Sukoharjo bersama tetangganya yang juga pedagang terompet lainnya.



Mereka mengontrak salah satu rumah di Larangan, Desa Bendosari, Kecamatan Sukoharjo untuk tempat tinggal selama berjualan terompet. Menurut Budi, tidak hanya di Sukoharjo saja, hampir setiap daerah di berbagai wilayah di Indonesia ada penjual terompet dari Bulukerto, Wonogiri.

Tidak hanya di Pulau Jawa, kata dia, pedagang terompet dari Bulukerto, juga berjualan sampai ke Pulau Bali, Lombok, Kalimantan dan berbagai Daerah di Indonesia lainnya. Biasanya mereka yang mempunyai modal banyak dan sudah mempunyai relasi di sana.

“Kalau bertemu pedangang terompet, ditanya, pasti orang Bulukerto. Bulukerto itu seperti sentra industri terompet walaupun hanya musiman,” terang pedagang yang sehari-harinya berjualan mainan keliling itu.

Budi menambahkan, warga di setiap Desa di Bulukerto selalu membuat terompet di akhir tahun. Mereka sudah mulai membuat terompet sebelum masuk musim hujan atau di bulan Agustus dan September. “Untuk modal minimal Rp 1 juta agar dagangannya cukup banyak dan pantas untuk jualan,” imbuhnya.

Pedagang lainnya, Kasiman mengungkapkan hal yang sama. Biasanya para pedangang terompet mulai berjualan setelah Hari Raya Natal hingga malam Tahun Baru. Mereka akan pulang setelah malam pergantian tahun usai. Terkait omzet, setiap pedagang biasanya mampu menjual separo dari seluruh terompet yang dibawa. Rata-rata setiap pedagang membawa lebih dari 200 terompet.

“Tiga bulan sebelumnya sudah cicil buat termopet. Membuat terompet itu perlu panas biar lemnya cepet kering. Kalau mendung seperti ini nanti terlalu lama dan hasilnya kurang bagus,” katanya. (sofarudin)

How useful was this post?

Click on a star to rate it!

Average rating 0 / 5. Vote count: 0

No votes so far! Be the first to rate this post.

Facebook Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *