Surplus Beras 135.335 Ton di 2017, Sukoharjo Tertinggi se-Jateng

Kasdim Mayor Inf Nurul Muthahar, Kapolres AKBP Iwan Saktiadi, Bupati Wardoyo Wijaya, Komisaris PT Petrokimia Mahmud Nurwindo, Direktur Pemasaran Meinusadario, Sekda Sukoharjo Agus Santosa melakukan panen raya di Desa Pandeyan, Grogol, Jumat (9/3).

Sukoharjonews.com (Grogol) – Kabupaten Sukoharjo merupakan kabupaten terkecil kedua di Jawa Tengah (Jateng) setelah Kabupaten Kudus. Meski begitu, Kabupaten Sukoharjo mampu mencatat prestasi sebagai kabupaten yang mampu mencetak surplus beras tertinggi di Jateng dengan 135.335 ton di tahun 2017 lalu. Tahun ini, Sukoharjo bertekad meningkatkan produktivitas padi sehingga surplus beras di tahun ini bisa mengalami kenaikan.



“Meski sesuai catatan Dins Pertanian dan Perikanan luas lahan hanya 20.518 hektar, Sukoharjo mampu surplus beras 135.335 ton. Angka tersebut tertinggi di Jateng,” tandas Bupati Sukoharjo Wardoyo Wijaya saat panen raya di lokasi Demplot Petroganik dan Phonska Plus Kelompok Tani Cendono Sari Desa Pandeyan, Grogol, Jumat (9/3).

Dikatakan Bupati, selama ini Sukoharjo juga menjadi penyangga pangan di Jateng. Kontribusi Sukoharjo sendiri untuk produksi padi mencapai 392.587 ton gabah kering giling (GKG) di tahun 2017 lalu. Capaian tersebut membuktikan Sukoharjo sebagai penghasil padi dan beras dengan kualitas dan produktivitas tertinggi di Jateng.

Bupati juga mengatakan, dalam beberapa tahun ini pemerintah sudah banyak membantu petani dengan memberikan berbagai bantuan. Antara lain pembangunan jaringan irigasi, pembuatan sumur dalam, sumur dangkal, subsidi pupuk, subsidi premi asuransi dan juga alat mesin pertanian (Alsintan) pada kelompok tani. “Dengan berbagai bantuan ini saya harap tahun ini produktivitas padi di Sukoharjo bisa meningkat,” harapnya.

Sedangkan Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Sukoharjo Netty Harjianti mengatakan, peningkatan produktivitas padi masih dilaksanakan melalui upaya khusus (upsus). Tahun 2017 lalu, produktivitas padi tercatat naik 2,48 ku/ha dibandingkan 2016. Selama ini, Upsus dititikberatkan pada pengembangan inovasi baru dibidang pertanian oleh kelompok tani dalam pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), peningkatan kesuburan tanah dengan penambahan bahan organik, budidaya tanaman sehat, mekanisme budidaya padi melalui modernisasi pertanian, serta pertanian modern berbasis “corporate farming”.

“Untuk Klomtan Cendono Sari di Desa Pandeyan ini bekerjasama dengan PT Petrokimia Gresik dengan demplot menggunakan pupuk Petroganik dan Phonska Plus. Luas lahan mencapai 5 hektar dengan Varietas Ciherang,” jelasnya.

Menurutnya, Varietas Ciherang merupakan varietas unggul dimana hasilnya di demplot Desa Pandeyan mencapai 73,73 ku/ha GKG. Padahal, saat ini rata-rata produktivitas padi di Sukoharjo baru mencapai 71,52 ku/ha. Netty berharap kerjasama dengan PT Petrokimia dapat berlanjut.

Khusus untuk Desa Pendeyan sendiri, Netty mengaku terdapat 199 hektar lahan pertanian dan untuk seluruh Kecamatan Grogol seluas 934 hektar. Lahan sawah di Kecamatan Grogol seluruhnya merupakan lahan beririgasi teknis. “Kecamatan Grogol dan Sukoharjo pada umumnya sudah menerapkan modernisasi pertanian dengan menggunakan Alsintan, mulai dari olah lahan hingga panen,” ujarnya. (erlano putra)



How useful was this post?

Click on a star to rate it!

Average rating 0 / 5. Vote count: 0

No votes so far! Be the first to rate this post.

Facebook Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *