Sederet Dampak Psikologis Bullying Pada Anak

dampak psikologis bullying pada anak. (Foto : Freepik)

Sukoharjonews.com -Hari Anak Nasional diperingati pada 23 Juli setiap tahunnya. Pada tahun ini, Hari Anak Nasional telah diperingati untuk ke-39 kalinya.


Dilansir dari Beautynesia, Senin (24/7/2023), pada peringatan Hari Anak Nasional 2023 adalah “Anak Terlindungi, Indonesia Maju”. Peringatan Hari Anak Nasional ini pun seakan momentum untuk melakukan refleksi terhadap berbagai persoalan yang banyak menimpa anak-anak di Indonesia.

Di antara banyaknya kasus yang menimpa anak-anak, salah satu yang banyak menuai sorotan adalah kasus bullying. Sebut saja kasus yang belum lama ini terjadi, dimana seorang siswa SMP di Temanggung nekat membakar sekolahnya karena kerapdibully. Sungguh miris bukan? Tentu saja.

Bullying tidak hanya dapat berdampak secara fisik. Lebih dari itu, bullying dapat memberikan dampak terhadap psikologis yang terkadang tidak kasat mata. Lantas, apa saja dampak psikologis dari bullying? Simak selengkapnya di bawah ini.

Kehilangan Rasa Percaya Diri
Salah satu dampak psikologis paling mentereng yang dirasakan anak ketika menjadi korban bullying adalah kehilangan rasa percaya terhadap diri mereka sendiri. Bully yang diterima memungkinkan untuk masuk ke dalam pikiran mereka dan pada akhirnya memadamkan semangat yang tadinya membara akan suatu hal.

Bahkan, ketika bully ini sudah semakin lanjut, anak bisa saja merasa tidak pantas atau terlibat dalam suatu kegiatan tertentu. Dikutip dari Mclean hal ini juga dapat merembet ke bidang kehidupan lainnya.

Peningkatan Kritik Diri
Anak-anak yang mendapatkan perlakuan bullying seringkali bersikap kasar pada diri mereka sendiri. Ini mungkin terjadi karena mereka telah mendengar banyak pernyataan negatif dari para pelaku bullying. Pada akhirnya, mereka pun mulai percaya pada anggapan-anggapan negatif tersebut.

Ini bisa membawa mereka pada perasaan yang buruk. Menyedihkannya lagi, bully yang didapatkan ini bisa saja terkait dengan sesuatu yang notabenenya alamiah seperti warna kulit, tinggi badan, warna rambut dan lainnya.


Peningkatan Isolasi Diri
Bukan hanya kehilangan rasa percaya diri dan mengkritik diri, anak-anak yang menjadi korban bullying juga potensial melakukan isolasi diri. Mengapa demikian? Lagi-lagi karena mereka merasa buruk tentang diri mereka sendiri.

Pada akhirnya, jalan yang diambil adalah mengasingkan diri dari orang-orang terdekat seperti keluarga, teman sebaya, dan lainnya. Mereka mungkin akan menghabiskan banyak waktu di kamar dan menguncinya. Bahkan, pada beberapa kasus, anak-anak korban bullying juga enggan untuk pergi ke sekolah.

Rasa Tidak Aman
Adanya intimidasi yang diterima dari tindakan bullying membuat anak merasa tidak aman. Bahkan ini dapat terjadi, sekalipun bukan di tempat biasa ia mendapatkan bullying. Rekam jejak dalam pikiran terkadang terpendam lebih lama dan berubah menjadi rasa tidak aman. Hal ini akan semakin meningkat, apalagi anak sedang tidak bersama orang tua.

Ketakutan
Selain rasa tidak aman, ketakutan juga bisa menjadi salah satu dampak psikologis yang menimpa anak-anak korban bullying. Rasa takut ini dapat muncul, bahkan untuk hal yang sebenarnya tidak ada atau tidak terjadi.

Trauma dari tindakan bullying lah yang menjadi pemicu terjadinya hal ini. Terlebih jika ia berada di tempat di mana ia biasanya mendapatkan perilaku bullying.(patrisia argi)


How useful was this post?

Click on a star to rate it!

Average rating 5 / 5. Vote count: 1

No votes so far! Be the first to rate this post.

Facebook Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *