Mengintip Wisata Sejarah Warisan Leluhur dan Kerajinan Perak di Desa Jagalan Bantul

Pelaku Pariwisata Desa Jagalan, Kabupaten Bantul, Provinsi Yogyakarta. (Foto: Kemenparekraf)

Sukoharjonews.com – Provinsi Yogyakarta menjadi salah satu destinasi wisata yang sarat dengan budaya, seni, dan peninggalan sejarah. Warisan leluhur ini tak mungkin masih ada hingga kini jika para warga enggan menjaga dan melestarikannya. Seperti di Desa Wisata Jagalan yang terletak di Kabupaten Bantul, Provinsi Yogyakarta ini.


Dikutip dari laman Kemenparekraf, Minggu (26/5/2024), Anda dapat mengunjungi Makam Raja Mataram, berbelanja suvenir dari buah karya pengrajin perak, bahkan mencoba membuatnya.

Warisan Leluhur Desa Jagalan
Melalui akun instagram @desawisatajagalan01, Anda dapat mengulik informasi mengenai Desa Wisata Jagalan. Mengikuti perkembangan teknologi, para pelaku wisata memperkenalkan dan mempromosikan potensi wisata yang terdapat di desa ini. Untuk kunjungan perorangan berkelompok, dapat menghubungi lewat media sosial desa yang sudah sering menerima kunjungan wisatawan asing maupun domestik ini.

Pengelola desa wisata berharap dengan adanya akun media sosial, maka jadwal kedatangan para pelancong dapat lebih tertib dan bisa didampingi pemandu dari penduduk desa.


Di lokasi tertentu juga terdapat pemandu khusus. Misalnya ketika Anda mengunjungi Makam Raja-Raja Mataram Islam. Di tempat ini, sudah ada abdi dalem dari Keraton Surakarta maupun Keraton Yogyakarta yang bertugas dan memiliki wawasan luas lagi terpercaya mengenai cerita di balik tempat bersejarah ini.

Abdi Dalem Penjaga Makam Raja Mataram Islam

Endry, salah satu abdi dalem yang bertugas menjaga makam Raja Mataram. (Foto: Dok Kemenparekraf)

Begitu memasuki area makam Raja Mataram Islam, abdi dalem yang tengah bertugas di area makam pasti akan menyambut dengan ramahnya. Karena merupakan tempat suci atau keramat, para pengunjung diharapkan berperilaku dan berpakaian sopan. Lalu, jika ingin mengeksplorasi, Sobat Pesona harus didampingi salah satu pemandu ini.


Endry adalah salah satu pemandu yang bertugas menjaga area makam Raja Mataram Islam di Kotagede, Bantul. Beliau mengungkapkan, dulu niatnya menjadi abdi dalem karena tergerak dalam lubuk hatinya sendiri. Mengenakan pakaian adat Jawa lengkap dengan blangkon, Endry menemani para pengunjung yang ingin berziarah sekaligus mendengar cerita sejarah dari Kerajaan Mataram Islam. Di tempat ini, tuturnya, terdapat makam Raja Panembahan Senopati, Ki Gede Pemanahan, dan Sultan Hadiwijaya.

Masjid di area makam Raja Mataram. (Foto: Dok Kemenparekraf)

Untuk berziarah ke makam, pengunjung diwajibkan mengenakan pakaian adat Jawa, tidak boleh memotret atau merekam video dalam bentuk apa pun, dan tak boleh mengenakan perhiasan. Sebelum berziarah, para pengunjung diwajibkan untuk membersihkan diri di Sendang Seliran. Untuk laki-laki di Sendang Kakung dan untuk perempuan di Sendang Putri.

Terdapat empat sendang di kawasan ini yaitu, sendang kakung, sendang puteri, sumber kemuning, dan sumber bendha. Jika pengunjung ingin merasakan kesegaran air dari sumur yang selalu penuh airnya, mereka bisa mencuci muka atau kaki di Sumber Kemuning. Disebut Kemuning karena tak jauh dari tempat itu terdapat pohon Kemuning.

Sendang Seliran di Makam Raja Mataram. (Foto: Dok Kemenparekraf)

Menjadi seorang abdi dalam, Endry merasa senang setiap kali menemani dan menceritakan sejarah kerajaan yang sarat dengan nilai-nilai luhur. Salah satunya adalah nilai toleransi. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa kepercayaan yang dianut oleh para raja Mataram yang dimakamkan di sini adalah Islam, tetapi bangunan sekitarnya menyerupai bangunan Kerajaan Hindu. Tentunya menjadi salah satu harapan bagi Endry agar generasi penerus saat ini tetap mengetahui latar belakang warisan budayanya dan nilai-nilai luhur tersebut.


Perajin Perak Tingkat Internasional

Bandiyono bersama hasil karya peraknya, gelang dan bros. (Foto: Dok Kemenparekraf)

Setelah menelisik sejarah lewat makam Raja Mataram, jangan langsung meninggalkan Desa Wisata Jagalan ya. Yuk, kita cari cendera mata yang unik seperti perhiasan, pajangan dinding, atau pernak-pernik perak hasil karya Bandiyono. Rumah merangkap workshop-nya terletak tak jauh dari area makam Raja-Raja Mataram. Cukup dengan jalan kaki beberapa menit saja.


Harga perhiasan di sini cukup terjangkau dan bervariasi. Sepasang cincin perak pengantin bebatuan intan, misalnya, dijual dengan harga di bawah Rp1.000.000. Tak hanya perhiasan perak seperti cincin, gelang, bros, kalung, maupun anting, tetapi Bandiyono juga membuat pajangan dinding dan hiasan interior.

Arang bekas perak yang dipanaskan. (Foto: Dok Kemenparekraf)

Anda juga bisa melihat cara pembuatannya secara langsung, jika berminat. Bahkan, terbuka workshop bagi mereka yang ingin belajar membuat buah karya dari perak.

Para pembeli maupun peserta workshop berasal dari dalam maupun luar Indonesia. Usianya juga bervariasi mulai dari anak-anak sampai orang tua. Prosesnya dipastikan aman karena di bawah pendampingan Bandiyono.

Meski saat ini jumlah pengrajin perak semakin sedikit, tetapi Bandiyono tetap konsisten dengan profesinya tersebut. Beliau percaya, kerajinan perak tetap menjadi salah satu daya tarik dan penggerak ekonomi bagi masyarakat desa wisata. (nano)


How useful was this post?

Click on a star to rate it!

Average rating 5 / 5. Vote count: 1

No votes so far! Be the first to rate this post.

Facebook Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *