Menengok Ritual Pulung Langse Makam Ki Ageng Balak

Bupati Sukoharjo H Wardoyo Wijaya SH MH menaburkan bunga di makam Ki Ageng Balak saat seremoni “Ritual Pulung Langse”, Minggu (15/10). Ritual tersebut menjadi agenda wisata budaya tahunan di Kabupaten Sukoharjo.

Sukoharjonews.com – Salah satu potensi wisata yang dikelola Pemkab Sukoharjo adalah Ritual Pulung Langse di Makam Ki Ageng Balak. Makam tersebut berada di Desa Mertan, Kecamatan Bendosari, Sukoharjo. Event budaya tersebut rutin digelar tiap tahun dan menjadi daya tarik masyarakat luas yang ingin “ngalap berkah”.

Selama ini, makam Ki Ageng Balak sendiri sudah ditetapkan menjadi objek wisata budaya oleh Pemkab. Setiap tahun, di makam tersebut rutin digelar puncak acara Pulung Langse atau mengganti kain selubung penutup makam. Seperti yang dilakukan, Minggu (15/10) ini dimana ritual penggantian kelambu penutup makam dilaksanakan.

Agenda budaya tersebut selalu menjadi daya tarik ribuan masyarakat dari berbagai daerah. Rata-rata masyarakat ingin mendapatkan bekas kelambu yang diyakini membawa berkah. Seperti yang terlihat tadi, dimana ribuan masyarakat dari berbagai daerah terlihat duduk-duduk menunggu jalannya prosesi ritual. Ada yang duduk dengan beralaskan tikar, koran, dan ada juga yang berdiri bergerombol di bawah pohon yang rindang. Para pengunjung didominasi orang dewasa meski ada juga yang mengajak anak-anaknya.

Selain bau dupa yang cukup mendominasi, terdengar juga alunan gending Jawa sebelum prosesi ritual Pulung Langse dimulai. Acara prosesi dimulai dengan sebuah Tari Gambyong sebagai penyambut para pengunjung. Setelah itu, sesepuh warga pun terdengar memimpin doa pertanda ritual akan segera dimulai.

Usai doa selesai, ritual pun dimulai dengan kirab gunungan mengelilingi kompleks makam. Dalam kirab tersebut dipimpin oleh seorang “cucuk lampah”. Selain gunungan, terlihat juga sebuah pusaka yang dibungkus dengan kain hitam turut dalam kirab.

Selama jalannya kirab para pengunjung yang tadinya duduk-duduk santai mulai beranjak dan memadati rute kirab. Ya, warga yang datang ke lokasi tersebut memang hendak “ngalap berkah” dengan berebut isi gunungan serta mencari sisa kain atau langse bekas penutup makam. Hanya saja, untuk kain bekas penutup makam tidak diperebutkan.

“Khusus untuk langse bekas penutup makam dibagikan pada masyarakat usai ritual selesai. Yang diperebutkan hanya gunungan. Kalau kain bekas penutup makam diperebutkan, takutnya tidak semua kebagian. Padahal, warga yang ingin mendapatkannya sangat banyak,” papar Juru Kunci Makam Ki Ageng Balak Heri Purnomo.

Terkait ritual Pulung Langse sendiri, dikatakan Heri rutin digelar tiap tahun setiap minggu terakhir di bulan Suro. Ritual itu sendiri bermakna untuk membersihkan makam yang sudah kotor selama satu tahun termasuk dengan mengganti kain penutup makam atau langse. Sedangkan gunungan sendiri merupakan simbolisasi dari raya syukur pada Allah atas kemakmuran yang diberikan. Dengan harapan, masyarakat senantiasa diberi kesejahteraan dan kemakmuran seterusnya.

“Banyaknya peziarah yang datang saat ritual Pulung Langse karena warga memiliki keyakinan jika kain bekas penutup makam dapat membawa berkah sehingga warga ingin mendapatkannya,” papar Heri yang juga Lurah Desa Mertan tersebut.

Untuk bisa mendapatkan kain atau langse bekas penutup makam, dikatakan Heri, warga harus memberikan mahar dengan sejumlah uang tertentu. Kain yang berwarna merah maharnya lebih besar karena jumlah kainnya lebih sedikit dibandingkan kain yang berwarna putih. Uang mahar tersebut lantas digunakan untuk perawatan dan pemeliharaan makam.

Sementara itu, Bupati Sukoharjo H Wardoyo Wijaya yang hadir dalam kesempatan itu mengatakan, ritual Pulung Langse jadi andalan Pemkab untuk meningkatkan kunjungan ke objek wisata budaya di Makam Ki Ageng Balak. Selama ini, makam tersebut dikelola oleh Pemkab dan ada biaya masuk sebagai retribusi.

“Dengan ritual ini, kami juga ingin mengembangkan potensi seni budaya, membranding wisata ziarah di Makam Ki Ageng Balak, serta melestarikan budaya daerah,” paparnya.

Wardoyo juga mengatakan, dengan tingkat kunjungan yang meningkat, secara otomatis akan mendongkrak kontribusi untuk Pendapatan Asli Daerah (PAD). Selain itu, dengan adanya Pulung Langse, Pemkab juga berharap memberi dampak positif bagi masyarakat sekitar yang membuka usaha warung makam, penitipan sepeda motor, penginapan, dan lainnya.

“Ritual Pulung Langse akan kami lestarikan karena Makam Ki Ageng Balak merupakan objek wisata budaya yang kami andalkan,” tandasnya. (erlano putra)

How useful was this post?

Click on a star to rate it!

Average rating 0 / 5. Vote count: 0

No votes so far! Be the first to rate this post.

Facebook Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *