Khotbah Jumat: Tentang Introspeksi dan Memperbaiki Diri

Khutbah Jumat: muhasabah dan memperbaiki diri.(Foto: akurat)

Sukoharjonews.com – Muhasabah adalah salah satu perbuatan yang dianjurkan dalam Islam. Muhasabah perlu dijadikan sebagai kebutuhan dalam diri manusia, karena memberi banyak manfaat dalam kehidupan di dunia maupun di akhirat. Muhasabah perlu untuk dilakukan untuk menilai dan memeriksa kembali apa yang sudah kita lakukan, lalu kemudian memperbaiki diri.


Dikutip dari Nu Online, pada Kamis (12/9/2024), hendaklah kita berkomitmen untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah swt, meningkatkan kepedulian sosial, dan menyebarkan kebaikan di tengah-tengah masyarakat. Mari kita buktikan bahwa iman kita bukan hanya sekadar diucapkan dengan lisan, tetapi juga diwujudkan dalam tindakan nyata sehari-hari.

Introspeksi diri merupakan salah satu kunci penting yang bisa kita lakukan dalam pengembangan pribadi dan spiritual. Dalam kehidupan yang penuh dengan tantangan dan godaan ini, introspeksi diri menjadi aspek yang sangat berguna untuk mengevaluasi tindakan, pikiran, pekerjaan dan tujuan hidup kita semua. Dengan introspeksi, kita bisa lebih memahami diri kita sendiri, mengidentifikasi kesalahan yang kita lakukan, dan menentukan langkah-langkah perbaikan untuk masa depan.

Oleh sebab itu, Allah swt dalam Al-Qur’an memerintahkan orang-orang beriman, untuk senantiasa melakukan introspeksi diri perihal persiapan-persiapan yang akan ia bawa menuju akhirat. Allah swr berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

Artinya, “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS Al-Hasyr [59]: 18).


Ayat tersebut mendorong kita semua untuk secara rutin melakukan introspeksi terhadap tindakan kita, agar kita dapat memperoleh manfaat dan keuntungan di masa depan. Introspeksi diri merupakan langkah penting dalam perbaikan diri dan evaluasi apakah tindakan kita sudah sesuai dengan ajaran syariat Islam.

Dengan melakukan introspeksi, kita akan lebih berhati-hati dalam setiap langkah dan tindakan, karena segala sesuatu akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah. Imam Ibnu Katsir dalam Tafsir Al-Qur’anil Azhim, juz VIII, halaman 77 berkata:

حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوْا، وَانْظُرُوْا مَاذَا ادَّخَرْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ مِنَ الْأَعْمَالِ الصَّالِحَةِ لِيَوْمِ مَعَادِكُمْ وَعِرْضِكُمْ عَلىَ رَبِّكُمْ

Artinya, “Periksalah diri kalian sebelum kalian dihisab. Perhatikanlah apa yang telah kalian kumpulkan untuk diri kalian, berupa amal kebaikan, untuk (dibawa) menuju hari kembalinya kalian (akhirat) dan pertanggungjawaban kalian kepada Tuhan kalian.”

Selain ayat di atas, Rasulullah juga menjelaskan kepada kita semua dalam salah satu haditsnya, bahwa barometer seseorang untuk disebut sebagai hamba yang takwa adalah ketika ia senantiasa melakukan introspeksi diri. Riwayat ini sebagaimana dicatat oleh Imam al-Ghazali dalam kitab Ihya’ Ulumiddin, juz IV, halaman 404, riwayat Maimun bin Mahran, bahwa Rasulullah bersabda:

لَا يَكُوْنُ الْعَبْدُ مِنَ الْمُتَّقِيْنَ حَتَّى يُحَاسِبَ نَفْسَهُ

Artinya, “Seorang hamba tidak bis disebut (golongan) orang yang bertakwa hingga ia bisa mengoreksi dirinya dirinya.”


Anjuran untuk melakukan introspeksi diri dalam ayat Al-Qur’an dan hadits Nabi di atas, menegaskan betapa pentingnya aktivitas ini dilakukan pada setiap waktu dan keadaan. Melalui introspeksi diri, kita semua dapat memperbaiki kekurangan, memperbaiki kesalahan, serta mengevaluasi kelalaian. Dengan demikian, diharapkan kekurangan, kesalahan, dan kelalaian tersebut tidak akan terulang lagi di kemudian hari. Selain menunjukkan betapa pentingnya introspeksi diri, juga menunjukkan bahwa kiat-kiat seperti itu merupakan ciri khas orang-orang yang sukses, yaitu mereka akan terus berusaha melakukan kebaikan demi meraih kenikmatan setelah kematiannya. Rasulullah saw bersabda:

الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ ، وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ

Artinya, “Orang yang sukses adalah mereka yang mengevaluasi dirinya, serta beramal untuk kehidupan sesudah kematiannya. Sedangkan orang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan kepada Allah.” (HR al-Baihaqi).

Introspeksi diri adalah kunci utama dalam pengembangan pribadi dan spiritual. Di tengah berbagai tantangan dan godaan kehidupan, introspeksi memungkinkan kita untuk mengevaluasi tindakan, pikiran, dan tujuan hidup kita dengan lebih baik. Dengan cara ini, kita dapat mengidentifikasi kesalahan, memperbaikinya, dan merancang langkah-langkah perbaikan untuk masa depan.


Mari kita gunakan introspeksi diri sebagai alat untuk memperbaiki kekurangan, mengoreksi kesalahan, dan mengevaluasi kelalaian kita. Dengan begitu, kita dapat memperbaiki diri dan memastikan bahwa kita mempersiapkan diri dengan baik untuk kehidupan setelah mati. Ini adalah ciri orang yang bertakwa sebagaimana ditegaskan oleh Rasulullah di atas, yaitu mereka akan senantiasa melakukan introspeksi diri.(cita septa)


How useful was this post?

Click on a star to rate it!

Average rating 0 / 5. Vote count: 0

No votes so far! Be the first to rate this post.

Facebook Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *