Sukoharjonews.com – Equanimity adalah keadaan seimbang dan psikologis yang stabil. Dengan pikiran dan temperamen psikis yang seimbang, memungkinkan seseorang menavigasi ketenangan. Ini bukan hanya kebajikan kuno, tetapi juga topik menarik bagi para psikolog modern.
Dilansir dari Positive Psychology, Selasa (25/7/2023), keseimbangan batin atau equanimity berasal dari bahasa Latin, aeduus yang berarti “datar, rata” dan animus artinya “pikiran” atau “roh”. Kondisi batin yang seimbang ditandai dengan kemampuan untuk tetap tenang, stabil, terbuka, dan tidak reaktif dalam menghadapi situasi menantang atau menyusahkan. Dengan batin yang tenang, kita dapat berusaha meningkatkan kedamaian, reaktivitas terhadap rangsangan eksternal, dan keterpisahan terhadap hasil tertentu.
Seorang psikolog D. J. F. Hosemans dalam Equanimity and the attenuation of psychological distress, membuat skala untuk mengukur sifat keseimbangan batin. Sifat keseimbangan tersebut diukur berdasarkan sejauh mana kita tetap terbuka, reseptif, seimbang, tidak menghakimi, dan tidak reaktif saat berhadapan dengan rangsangan eksternal. Selain itu, equanimity juga dipahami sebagai pola pikir dan keterampilan yang bisa dikembangkan.
Keterampilan keseimbangan batin terkait dengan gagasan seperti ketahanan, regulasi emosi, reaktivitas emosional, perhatian penuh, fleksibilitas kognitif, dan pengambilan perspektif. Keseimbangan batin yang dipahami dengan cara itu tetap terkait erat dengan cita-cita Stoa kuno.
Keseimbangan batin juga merupakan keterampilan pengaturan emosi. Semakin terampil seseorang memahami dan mengelola emosi secara efektif, maka batin yang seimbang semakin subur. Efek jangka panjangnya dapat meningkatkan kesejahteraan.
Dalam praktiknya, keseimbangan batin erat dengan mindfulness, yang mana bisa dilatih dengan sejumlah cara. Salah satunya dengan meditasi dan keseimbangan yang mendekatkan perhatian serta kesadaran terhadap yang dirasakan saat ini. Dengan meditasi, perhatian kita dilatih untuk tidak menghakimi dan tidak reaktif.
Konsep keseimbangan batin sangat penting karena implikasinya yang mendalam bagi kesejahteraan pribadi, perilaku etis, dan perkembangan spiritual. Dengan merangkul keseimbangan batin, kita dapat mengatasi bias, prasangka, dan penilaian pribadi, yang mengarah ke pandangan hidup yang lebih inklusif dan harmonis.
Para ahli juga telah mengaitkan keseimbangan batin dengan berbagai aspek. Cayoun J. Chaves (2023) mengaitkan dengan keheningan yang tidak mengacu pada diri sendiri. Mann dan Walker (2023) menemukan bahwa keseimbangan batin secara keseluruhan adalah keterampilan psikologis yang berhubungan dengan kesejahteraan psikologis dan menjadi faktor pelindung saat stres.
Di samping dengan meditasi, cara menumbuhkan keseimbangan batin bisa ditempuh dengan teknik pengaturan emosi. Misalnya latihan pernapasan dalam, relaksasi otot progresif, dan menulis jurnal. (patrisia argi)
Facebook Comments