“Bentrokan Bersenjata Pecah di Simpang Tiga Tawangsari”

Puluhan siswa SMAN 1 Tawangsari bersama Teater Canting menggelar teatrikal kolosal perjuangan Bung Tomo bersama rakyat mempertahankan kemerdekaan di Surabaya. Aksi dilakukan di simpang tiga Tawangsari, Sabtu (11/11).

Sukoharjonews.com – Bentrokan bersenjata pecah di sekitar simpang tiga Tawangsari, Sabtu (11/11) kemarin. Puluhan pedagang pasar lari tunggang langgang dikejar sekelompok orang yang mengenakan seragam tentara. Pekikan “Merdeka” sesekali terdengar dalam bentrokan bersenjata tersebut. Ada apakah?Perang?

Ya, suasana peperangan memang sengaja dihadirkan di kawasan tersebut. Digambarkan terjadi peperangan antara para pejuang Tanah Air dengan penjajah Inggris. Aksi teatrikal kolosal tersebut dilakukan oleh Komunitas Pelajar yang tergabung dalam organisasi Rumah Bahasa dan Sastra SMAN 1 Tawangsari, Sukoharjo berkalaborasi dengan Kelompok Kerja Teater Canting.

Adegan teatrikal sendiri mengisahkan perjuangan Bung Tomo dan rakyat Indonesia yang berkumpul di Surabaya. Para pejuang dengan gagah berani melawan tentara Inggris untuk mempertahankan Kemerdekaan Indonesia. Terdengar di lokasi suara tembakan bertubi-tubi. Namun, di akhir perjuangan, Kemerdekaan Indonesia berhasil dipertahankan.

“Aksi ini diikuti 70 peserta, baik siswa SMAN 1 Tawangsari maupun dari Teater Canting,” ujar Pimpinan Proyek Rumah Bahasa dan Sastra SMAN 1 Tawangsari Toat Kurniawan.

Toat mengaku, untuk menggelar teatrikal kolosal memperingati Hari Pahlawan, dilakukan latihan sebulan penuh. Teatrikal tersebut bertemakan “Kembalikan Surabaya Padaku”. Agar penampilan bisa maksimal, semua peserta berlatih setiap hari. Biaya untuk menggelar aksi tersebut, Toat mengaku siswa iuran.

Jadi, ujar Toat, aksi di simpang tiga Tawangsari tersebut menggambarkan pertempuran di Surabaya yang banyak merenggut korban jiwa. menurut catatan sejarah, sekitar 5.000-an tentara dan 200-an rakyat sipil tewas dalam perang mempertahankan kemerdekaan itu di Surabaya tersebut.

“Dengan aksi ini, kami berharap peran yang dijalani pelajar tetap membekas di hati untuk selalu menghargai jasa pahlawan bangsa,” ujarnya.

Sementara itu, salah seorang alumni SMAN 1 Tawangsari yang juga anggota Rumah Bahasa dan Sastra Avit Suprihatin mengapresiasi aksi teatrikal kolosal tersebut. Menurutnya, dirinya ikut bangga dan senang generasi penerus melakonkan adegan perang untuk mengenang jasa pahlawan.

“Sejarah menunjukkan bawah perjuangan dulu memiliki beban sangat berat. Kemerdekaan tidak diraih dengan mudah. Butuh perjuangan dengan taruhan nyawa. Untuk itu, sekarang sebagai generasi muda perlu mengisi kemerdekaan dengan hal-hal yang positif,” ungkapnya. (erlano putra)

How useful was this post?

Click on a star to rate it!

Average rating 0 / 5. Vote count: 0

No votes so far! Be the first to rate this post.

Facebook Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *