Sukoharjonews.com (Mojolaban) – Hama tikus masih menjadi ancaman bagi lahan pertanian milik petani di Kabupaten Sukoharjo. Hama pengerat tersebut selama ini memang tidak bisa diberantas 100%. Petani hanya bisa mengurangi populasi hama dengan cara gropyokan bersama-sama. Seperti yang dilakukan di Dukuh Kesongo, Desa Tegalmade, Mojolaban pada Minggu (14/1) dimana petani bersama anggota TNI menyatakan perang melawan hama tikus.
Gropyokan dilakukan petani bersama anggota Koramil 10 Mojolaban melakukan gropyokan tikus di areal persawahan Dukuh Kesongo RT 02/02. Selama ini, anggota TNI di Kabupaten Sukoharjo melalui anggota Bintara Pembina Desa (Babinsa) rutin membantu petani dalam rangka membantu mensukseskan ketahanan pangan dan dukungan untuk mewujudkan swasembada pangan nasional.
“Semua Babinsa memang memiliki kewajiban membantu petani, salah satunya dengan menggelar gropyokan tikus ini,” ungkap Bintara Tinggi Tata Urusan Dalam (Batituud) Koramil Mojolaban Pelda Ponidi, Senin (15/1).
Menurutnya, selama ini tikus sawah merupakan hama padi yang cepat sekali perkembangbiakanya. Hal itu membuat populasi tikus sawah dengan cepat naik. Jika hanya dibiarkan, hama padi utama tersebut bisa mengganggu dan paling potensial menggagalkan panen sejak proses persemaian sampai dengan panen. Selama ini, petani sudah tidak habis-habisnya menggunakan berbagai upaya untuk memberantas hama tikus.
“Dari semua upaya, petani menilai cara yang paling efektif adalah dengan teknik gropyokan ini. Tidak perlu menggunakan obat kimia,” ungkapnya.
Kepala Desa Tegalmade Wawan R menambahkan, selama ini petani di Desa Tegalmade rutin menggelar gropyokan tikus ketika tanaman padi masih berumur muda. Dengan melakukan gropyokan tikus ketika usia padi masih muda, petani bisa dengan mudah mengejar tikus ketika berusaha lari. Kalau tanaman padi sudah tua, petani kesulitan mengejar karena tikus bersembunyi di rimbunnya tanaman padi.
Wawan juga mengatakan, dalam gropyokan tikus tersebut, petani bersama anggota TNI berhasil membunuh sekitar 215 ekor tikus. Ke depan, agenda serupa akan terus digalakkan ketika hama pengerat tersebut terindikasi melakukan serangan pada tanaman padi milik petani. “Petani memang lebih suka dengan gropyokan daripada menggunakan obat,” pungkasnya. (erlano putra)
Facebook Comments