Alasan Orang Ingin Menikah yang Perlu Anda Ketahui

Alasan orang menikah. (Foto:Pixabay)

Sukoharjonews.com – Pernikahan adalah persatuan yang diakui secara hukum dan budaya antara dua individu, biasanya melibatkan komitmen emosional, sosial, dan seringkali agama. Ini meresmikan kemitraan, biasanya antara laki-laki dan perempuan atau individu dengan jenis kelamin yang sama, bergantung pada norma hukum dan budaya.


Sedikit penelitian yang menyimpulkan bahwa menikah membuat kita lebih sehat. Memiliki pasangan tempat berbagi suka dan duka sudah pasti membuat kita terhindar dari kesepian. Kita pun jadi lebih termotivasi untuk lebih rajin berolahraga dan menjaga kesehatan setelah berkeluarga.

Dikutip dari Bridestory, pada Sabtu (2/3/2024), inilah alasan mengapa orang lain ingin menikah:

1. Menikah Karena Merasa Diperlakukan Spesial oleh Pasangan.
Loh bukankah setiap orang ingin diperlakukan spesial oleh pasangannya? Bukankah dengan pasangan memperlakukan kita spesial maka pernikahan akan dipenuhi dengan kebahagiaan? Menurut Springer, alasan menikah karena pasangan memperlakukan Anda spesial menunjukkan kalau ada ketidakpercayaan diri. Ada kekosongan di dalam diri yang kemudian Anda percaya bahwa satu-satunya cara untuk merasa spesial adalah dengan menjadi suami atau istri seseorang. “Merasa diperlakukan spesial, tidak membuat Anda siap berkomitmen,” tegas Springer. Padahal pernikahan adalah tentang menjaga komitmen. Ditambah dengan adanya kekosongan di dalam diri, maka tercipta peluang untuk selalu mencari perlakuan spesial dari orang lain. Inilah yang kemudian menjadi sangat rentan dalam perjalanan pernikahan.


2. Menikah Karena Usia Sudah Semakin Matang.
Konstruksi sosial memiliki usia ideal seseorang memasuki jenjang pernikahan. Untuk perempuan, usia yang dianggap ideal untuk menikah adalah 23 tahun, sedangkan untuk laki-laki adalah 25 tahun. Meski kedua gender memiliki usia idealnya, tapi yang paling sering didesak untuk menikah karena terkait usia adalah perempuan. Alhasil banyak perempuan merasa harus menikah maksimal sebelum memasuki usia 30-an tahun. Jika Anda menikah hanya karena alasan usia, maka ini bisa menciptakan masalah baru saat memasuki mahligai pernikahan. Mengapa? Karena sebenarnya, menikah membutuhkan kesiapan mental dan setiap orang memiliki waktunya sendiri untuk siap menikah. Pernikahan yang tidak didasarkan pada kesiapan mental akan berujung pada pernikahan yang tidak langgeng karena hanya diisi dengan pertengkaran.

3. Menikah Karena Alasan Pragmatis, Supaya Hidup Lebih Mudah.
Pernikahan memang akan membuat hidup “terlihat” lebih teratur dan mudah untuk dijalani. Ini mengapa ada saja orang yang alasannya menikah supaya ada yang mengurus dirinya, misalnya akan ada istri yang memasak setiap hari, atau aka nada suami yang akan membelikan rumah. Springer menyebutnya ini adalah alasan pragmatis seseorang untuk menikah. “Bahasa sederhananya, menikah karena bisa menguntungkan Anda.” Menurut Springer, alasan pragmatis sah-sah saja dimiliki seseorang. Hanya saja keputusan untuk menikah bukan hanya terfokus pada memenuhi kebutuhan. Ada hal penting juga yang harus dipahami yaitu mengenali sifat calon pasangan. Karena sering kali alasan pragmatis untuk menikah justru berbenturan dengan karakter pasangan yang tidak cocok. Jadi sebaiknya lengkapi alasan pragmatis untuk menikah dengan pengenalan karakter pasangan, plus juga karakter keluarganya.


4. Menikah Untuk Memperbaiki Karakter Pasangan.
Dalam menjalin satu hubungan, sering kali kita merasa bertanggung jawab atas pembentukan karakter pasangan. Ada saja yang merasa pertengkaran yang sering dihadapi semasa pacaran justru akan terselesaikan ketika menikah. Padahal idealnya, Anda dan pasangan memasuki tahap pernikahan dengan tidak membawa beban pertengkaran yang tidak terselesaikan. Justru ini akan menjadi “bom waktu” yang membuat hubungan Anda dan pasangan semakin saling merugikan. Alhasil pernikahan yang dijalani hanya akan menjadi beban bagi satu pihak.
Pernikahan pada dasarnya adalah perjalanan cinta yang harus diperjuangkan. Meski Anda dan pasangan sudah resmi menjadi suami dan istri, bukan berarti Anda berdua berhenti untuk saling memperjuangkan. Jika dalam perjalanan untuk memperjuangkan cinta diawali dengan alasan yang kurang tepat atau diisi dengan banyak pertengkaran, maka jangan ragu untuk mencari bantuan profesional. Anda dan pasangan bisa berkonsultasi dengan psikolog keluarga dan atau tokoh agama untuk membantu pernikahan Anda kembali menuju pada perjalanan yang harmonis.(cita septa)


How useful was this post?

Click on a star to rate it!

Average rating 5 / 5. Vote count: 1

No votes so far! Be the first to rate this post.

Facebook Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *