Ragam, Tips  

7 Kisah Memesona di Balik Batik Terkenal Indonesia

Pesona batik indonesia dimata dunia. (Foto: iStock)

Sukoharjonews.com – Saat Anda bepergian ke Indonesia , kemungkinan besar Anda akan menjumpai batik, salah satu bentuk seni paling kuno di negara ini. Biasa ditemukan pada kain atau kain, pola batik juga telah dimasukkan ke dalam berbagai kerajinan tangan seperti dompet buatan tangan, tas koin, dan bahkan gelang kayu. Jika ditilik secara etimologi, kata “batik” berasal dari dua kata dalam bahasa Jawa “amba” yang berarti luas dan kata “matik” yang berarti membuat titik-titik.


Dilansir dari Travel, Selasa (20/2/2024), batik adalah tekstil yang menggunakan lilin dan pewarna untuk membuat titik-titik yang tersusun luas dalam pola dan desain yang menakjubkan.
Mustahil untuk tidak melihat pola batik saat Anda berkunjung ke Indonesia. Nah berikut cerita di balik 7 desain batik terpopuler:

1 | Kawung: Pola Pohon Pinang
pilihan pada abad ke-18, pada masa Kesultanan Yogyakarta, kawung dianggap favorit di kalangan keluarga kerajaan Kesultanan. Pola geometrisnya melambangkan buah pohon pinang. Dalam bahasa Indonesia, buah-buahan ini disebut kolang kaling , makanan lezat yang banyak dinikmati saat bulan Ramadhan. Legenda mengatakan bahwa keluarga kerajaan Kesultanan Yogyakarta sangat menyukai kawung sehingga hanya mereka yang memiliki garis keturunan bangsawan yang boleh memakainya.

2 | Parang: Simbol Keamanan
Pola batik geometris lainnya adalah parang yang memiliki simbol panjang dan sempit mirip pedang atau huruf “S”. Batik sakral ini berasal dari abad ke-16 di Jawa Tengah , pada masa pemerintahan Sultan Agung Mataram. Konon Danang Sutawijaya putra Ki Ageng Pemanahan membuat parang sambil mengamati hamparan bebatuan bergerigi di pesisir selatan. Ada juga cerita rakyat Indonesia tentang Pangeran Jawa bernama Panji yang dilindungi karena memakai batik parang. Inilah alasannya mengapa banyak masyarakat Jawa yang menganggap parang sebagai simbol perlindungan dan keamanan.

3 | Sekar Jagad : Ungkapan Cinta
Sekar jagad dapat ditelusuri kembali ke abad ke-18. Namanya diambil dari kata Belanda “ kar ” yang berarti “peta” dan istilah Jawa “ jagad ” yang berarti “dunia”. Kata sekar juga berarti “bunga” dalam bahasa Indonesia. Oleh karena itu, sekar jagad mewakili keindahan keberagaman Indonesia. Menyampaikan cinta dan kebahagiaan, warna-warna segar dan cerah dari pola bunga menjadikannya pilihan sempurna untuk gaun pengantin.


4 | Truntum: Hadiah dari Ratu
Truntum , salah satu jenis batik populer asal Solo, diciptakan oleh Kanjeng Ratu Kencana, putri Sunan Pakubuwana III. Orang-orang percaya bahwa Ratu, yang sedih dengan perselingkuhan Raja, membuat pola bintang ini sambil menatap langit malam. Terkesan dengan motifnya, Raja mengagumi ketekunan istrinya. Cintanya pada Ratu menyala kembali dan dia berdamai dengannya. Legenda ini mempopulerkan truntum sebagai simbol kebangkitan cinta, menjadikannya favorit di kalangan calon pengantin.

5 | Ulamsari Mas: Simbol Kesejahteraan
Berasal dari Bali , Ulamsari mas mengilustrasikan motif yang hidup dengan gambar udang dan ikan. Penangkapan merupakan salah satu mata pencaharian masyarakat Bali karena pulau ini dikelilingi oleh kekayaan biota laut. Bali menciptakan batik ini untuk menunjukkan apresiasi mereka terhadap sumber daya alam pulau berupa ikan, makanan laut, dan bahan mentah. Oleh karena itu, pola mas Ulamsari menggambarkan penghidupan dan kesejahteraan masyarakat Bali.


6 | Buketan: Karangan Bunga Cantik
Apakah namanya terdengar familier? Mungkin karena kata “ buket ” berasal dari bahasa Belanda “ boeket ” yang dalam bahasa Inggris berarti “buket”. Berbeda dengan jenis batik lain yang disebutkan di atas, buketan yang berkembang di Pekalongan Jawa Tengah banyak dipengaruhi oleh Belanda karena diciptakan oleh Eliza van Zuylen, seorang desainer Belanda yang memadukan motif Jawa dengan corak Art Nouveau.

Dikatakan bahwa dia akan menyusun potongan bunga kering di selembar kertas dan mengubahnya menjadi pola batik, sehingga menciptakan gambaran karangan bunga yang sebenarnya.

Menurut buku Kain Pesona, motif asli buketan adalah pohon asimetris dengan burung. Namun, sekitar tahun 1910, berubah menjadi karangan bunga yang menakjubkan.

7 | Lawang Sewu: Seribu Pintu
Meskipun Lawang Sewu merupakan landmark populer di Semarang , namun jenis batiknya juga terkenal. Dalam bahasa Jawa, istilah “ lawang sewu ” berarti “seribu pintu”. Jenis batik ini terinspirasi dari peperangan, Pertempuran Lima Hari atau lebih dikenal dengan sebutan Pertempuran Lima Hari dalam bahasa Indonesia. Peristiwa ini berlangsung pada tanggal 15 Oktober – 20 Oktober 1945, antara Pahlawan Semarang dengan tentara Jepang di Tugu Muda, dekat Lawang Sewu. Motif batik ini mewakili landmark terkenal yang dilengkapi dengan simbol-simbol alam seperti bunga, kupu-kupu, dan pepohonan.

Berdasarkan metode sederhana pewarnaan tahan lilin, batik merupakan seni tradisional yang memiliki makna khusus di balik setiap jenis polanya. Hingga hari ini, masyarakat Indonesia memperingati warisan ikonik ini setiap tahun pada Hari Batik pada tanggal 2 Oktober. Ini menandai waktu untuk merayakan keindahan batik, asal-usulnya, dan komunitas yang telah menciptakan pola-pola ini sejak lama.(patrisia argi)


How useful was this post?

Click on a star to rate it!

Average rating 5 / 5. Vote count: 1

No votes so far! Be the first to rate this post.

Facebook Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *