Untuk Jemaah Haji Lansia, Tiga Skema Ini Disiapkan oleh PPIH di Armina

Ilustrasi. (Foto: Kemenag)

Sukoharjonews.com (Makkah) – Jemaah haji lansia mendapat perhatian khusus oleh Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) khususnya saat fase puncak haji, wukuf di Arafah – Muzdalifa – Mina. PPIH menyiapkan tiga skema untuk jemaah haji lansia.


Direktur Bina Haji Arsad Hidayat, menyampaikan, tiga skema tersebut juga disosialisasikan kepada para pengurus Kelompok Bimbingan Ibadah Haji dan Umrah (KBIHU). Pasalnya, KBIHU memiliki posisi strategis dalam ikut memberikan pemahaman kepada jemaah haji, termasuk jemaah lansia, terkait skema penyelenggaraan puncak haji. Sebab, KBIHU umumnya memilki banyak jemaah.

“Menjelang puncak haji di Arafah – Muzdalifah – Mina atau Armina, kita telah siapkan tiga skema penyelenggaraan ibadah, khususnya bagi jemaah haji lansia,” tegas Arsad, dilansir dari laman Kemenag, Selasa (27/6/2023).


Skema pertama disiapkan bagi jemaah lansia yang meninggal dunia setelah di embarkasi, saat di pesawat, atau di tanah suci, serta jemaah lansia yang memiliki ketergantungan pada alat dan obat sehingga tidak bisa dimobilisasi. Jemaah yang masuk dalam kategori skema ini, akan dibadalhajikan.

Skema kedua disiapkan bagi jemaah haji yang sakit dan dirawat, baik di Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKIH) ataupun di RS Arab Saudi, dan masih bisa dimobilisasi. Jemaah dengan kategori ini akan disafariwukufkan.

“Kita akan angkut dengan bus yang sudah dimodifikasi, ada jemaah yang duduk dan baring. Satu dua jam di Arafah kemudian akan kembali ke KKIH atau RSAS,” sebutnya.


Untuk skema ketiga, lanjut Arsad, disiapkan bagi jemaah lansia yang fisiknya sehat, hanya harus menggunakan kursi roda. Mereka akan tetap dibawa ke Arafah untuk menjalani Wukuf seperti jemaah haji normal lainnya.

“Kita sedang mempersiapkan skema dengan pihak Syarikah supaya mereka tidak harus mampir di Muzdalifah. Sebab, Muzdalifah itu kan hamparan pasir. Kalau nanti kursi roda turun di sana akan berat mendorongnya,” papar Arsad.


Arsad juga mempersilakan kepada para jemaah yang akan mengambil inisiatif untuk tidak menginap di tenda Mina, tapi kembali ke hotel. Namun, Arsad mengingatkan bahwa tidak ada layanan katering di hotel. Sebab, katering yang disiapkan pihak muassasah hanya diperuntukkan bagi jemaah yang menginap di Mina.

“Jadi, jemaah yang mengambil pilihan untuk pulang ke hotel pada fase mabit di Mina, mereka harus mencari makan sendiri,” ucapnya. (nano)


How useful was this post?

Click on a star to rate it!

Average rating 5 / 5. Vote count: 1

No votes so far! Be the first to rate this post.

Facebook Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *