Tren Perawatan Diri yang Sebenarnya Bisa Merusak Kesehatan Mental

tren perawatan diri yang berdampak buruk. (Foto : Freepik)

Sukoharjonews.com – Dalam beberapa tahun terakhir, perawatan diri telah mendapatkan perhatian yang signifikan sebagai sarana untuk memprioritaskan kesejahteraan mental dan emosional kita. Konsep perawatan diri berakar pada gagasan meluangkan waktu untuk diri sendiri, terlibat dalam aktivitas yang mendorong relaksasi, dan memelihara kesehatan kita secara keseluruhan.


Dilansir dari Psych2go, Senin (04/9/2023) , perawatan diri dapat menjadi alat yang berharga dalam menjaga kesehatan mental, sangat penting untuk menyadari bahwa tidak semua tren perawatan diri diciptakan sama. Terlepas dari popularitasnya, berikut 5 tren perawatan diri yang sebenarnya dapat berdampak buruk pada kesehatan mental menurut para ahli

Toxic Positivity
Menurut psikolog Dr. Rachel Goldman, mempromosikan terlalu banyak kepositifan dapat menjadi racun ketika itu membuat kita malu dan bersalah atas emosi manusia yang otentik dan berjuang demi gagasan bahwa kita harus mempertahankan pola pikir positif setiap saat.

Meskipun optimisme dapat membantu, menekan atau membatalkan perasaan tulus dapat merusak kesehatan mental kita.

“Perawatan diri yang sejati melibatkan pengakuan dan penerimaan seluruh emosi kita, daripada menyangkal atau menutupinya,” kata Dr. Goldman.

Pemanjaan Diri
Beberapa tren perawatan diri menganjurkan untuk menuruti keegoisan yang berlebihan sebagai cara untuk memprioritaskan diri sendiri. Namun, sebuah artikel yang diterbitkan oleh layanan konseling ThoughtFull menekankan bahwa penting untuk membedakan antara perawatan diri dan pemuasan diri, dan untuk mencapai keseimbangan yang sehat di antara keduanya.

Berfokus berlebihan pada keinginan sendiri sebenarnya dapat menghambat pertumbuhan pribadi dengan membuat kita lebih egois, kurang disiplin, hedonistik, dan tidak puas, yang semua itu pada akhirnya merugikan kesehatan mental kita.


Bed Rotting
Dengan munculnya media sosial dan platform streaming, tren perawatan diri yang dikenal sebagai bed rotting telah muncul. Bed rotting mengacu pada menghabiskan banyak waktu di tempat tidur, yang sering kali melepaskan tanggung jawab dan aktivitas sehari-hari demi periode relaksasi atau hiburan yang berkepanjangan.

Psikolog Dr. Audrey Tang menjelaskan bahwa waktu yang lama di tempat tidur dapat menyebabkan penurunan motivasi, produktivitas, dan rasa stagnasi. Oleh karena itu, penting untuk mencapai keseimbangan antara istirahat dan terlibat dalam aktivitas yang berkontribusi pada pertumbuhan pribadi, kepuasan, dan tujuan.

Detoksifikasi Dopamin
Tren perawatan diri lainnya yang tidak kalah populer adalah detoksifikasi dopamin, yang sengaja tidak melakukan aktivitas yang menyenangkan, seperti bersosialisasi, hobi, atau menggunakan perangkat elektronik, dalam upaya untuk mengatur ulang sistem penghargaan otak.

Pendukung tren ini mengklaim bahwa dengan menjauhkan diri dari pengalaman yang menyenangkan, otak akan menjadi lebih peka terhadap kesenangan dan menghasilkan rasa kepuasan yang lebih besar.

Namun, tren ini dapat menjadi kontraproduktif dan berpotensi membahayakan kesehatan mental jika dilakukan secara berlebihan atau salah. Psikiater Dr. Ifeanyi Olele memperingatkan karena penarikan diri sering menyebabkan perasaan kesepian, kebosanan, dan penurunan kesejahteraan mental.

Jadi, alih-alih sepenuhnya menghindari aktivitas yang menyenangkan, penting untuk menemukan keseimbangan sehat yang memungkinkan kenikmatan melalui alternatif yang bermanfaat.

Lebih Mengandalkan Swadaya
Menurut sebuah artikel yang diterbitkan oleh MentalHelp.net, meskipun mencari bimbingan dan dukungan dapat bermanfaat, konsumsi konten swadaya yang berlebihan dapat menyebabkan kelebihan informasi, harapan yang tidak realistis, dan obsesi untuk terus-menerus memperbaiki diri sendiri.

Tren perawatan diri yang sangat bergantung pada pembelian harta benda atau menikmati pengalaman mewah juga dapat menciptakan rasa sejahtera sementara yang palsu. Oleh karena itu, penting untuk memprioritaskan praktik yang memupuk refleksi diri, belas kasih diri, dan penerimaan diri, daripada hanya mengandalkan pengobatan eksternal.(patrisia argi)


How useful was this post?

Click on a star to rate it!

Average rating 5 / 5. Vote count: 1

No votes so far! Be the first to rate this post.

Facebook Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *