Tradisi Ketupat Dibalik Perayaan Lebaran Idul Fitri

Tradisi ketupat idul fitri. (Foto: freepik)

Sukoharjonews.com – Tidak terasa bulan ramadhan akan segera berakhir. Biasanya, ketika kita akan menyambut lebaran, di beberapa daerah akan mengadakan tradisi. Apalagi bagi masyarakat Jawa, membuat ketupat di hari raya adalah suatu keharusan.

Dikutip dari NU Online, pada Rabu (19/4/2023), ketupat sendiri terbuat dari beras yang dimasukkan ke dalam selongsong ketupat yang terbuat dari janur lalu dimasak hingga matang. Selain sebagai hidangan jempolan saat Lebaran, ketupat diketahui memiliki banyak makna filosofis.

Menurut Slamet Mulyono dalam Kamus Pepak Basa Jawa, kata ketupat berasal dari kupat. Kupat memiliki arti ngaku lepat atau mengakui kesalahan. Kupat juga berarti laku papat yang berarti empat tindakan. Sementara janur adalah kependekan dari kata jatining nur yang berarti hati nurani.

Empat tindakan tersebut meliputi lebaran, luberan, leburan, dan laburan. Lebaran bermakna telah berakhirnya bulan Ramadhan dan bersiap untuk menyambut.

Selanjutnya, luberan berasal dari kata luber bermakna melimpah yang dalam prosesnya ditunjukkan dengan memberi sedekah kepada orang yang membutuhkan.

Leburan bermakna melebur dosa dan kesalahan. Sementara laburan berasal dari kata labur atau kapur. Kapur diketahui kerap digunakan sebagai penjernih air maupun pemutih dinding. Laburan bermakna menjaga kesucian lahir dan batin.

Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di pulau Jawa yang menyebarkan ajaran Islam dengan peran para Walisongo. Adalah Raden Mas Syahid atau Sunan Kalijaga yang pertama kali memasukkan ketupat ke berbagai peringatan hari besar Islam sekaligus mengenalkan ketupat sebagai simbol Lebaran.

Selain dihidangkan pada tanggal 1 Syawal, ketupat juga disajikan lagi di Lebaran Ketupat. Lebaran Ketupat dilaksanakan setiap 8 Syawal atau sepekan usai melaksanakan enam hari berpuasa Syawal. (cita septa)

Cita Septa Habibawati:
Tinggalkan Komentar