Sukoharjonews.com (Mojolaban) – Sejak kepala desa (kades) Bekonang terkonfirmasi positif corona, roda pemerintahan sempat terancam berhenti karena semua perangkat desa direkomendasikan untuk karantina mandiri. Namun, karena hasil rapid test non reaktif, perangkat tetap masuk dengan sistem piket atau “shift” agar pelayanan pada masyarakat tetap berjalan. Awalnya, ada rencana memindahkan pelayanan untuk sementara ke lokasi baru, namun hal itu tidak jadi dilakukan.
“Kalau hasil rapid test reaktif, memang harus karantina. Tapi, karena non reaktif tidak perlu karantinan mandiri agar pelayanan tetap berjalan,” ujar Sekda Sukoharjo, Agus Santosa waktu itu.
Dari pantauan di Balai Desa Bekonang, kantor tetap buka meski petugas yang datang menggunakan sistem piket atau shift. Hal itu dilakukan agar masyarakat yang membutuhkah pelayanan tetap bisa dilakukan. “Setiap harinya paling hanya dua saja perangkat yang masuk untuk memberikan pelayanan,” ujar Kaur Kesra Desa Bekonang, Candra, Kamis (2/7/2020).
Dengan pemberlakuan sistem shift tersebut, suasana Balai Desa Bekonang tampak sepi. Meski begitu, pelayanan tetap diberikan. Saat ini, ujar Candra, banyak warga yang datang untuk mengurus surat domisili untuk mendaftar sekolah. Pemberlakukan sistem piket sendiri sudah berlangsung dalam sepekan ini. Pemberlakukan sistem piket sendiri dilakukan untuk membatasi terjadinya kontak erat.
“Untuk tanda tangan kades sendiri bisa dilakukan oleh sekretaris desa yang bertindak sebagai pelaksana tugas kades,” ujar Candra.
Seperti diketahui, Kades Bekonang terkonfirmasi positif corona setelah melakukan tes swab mandiri setelah mengalami gejala. Saat ini, kades menjalai rawat inap di sebuah rumah sakit di Solo. Gugus tugas sendiri sudah melakukan rapid test pada semua perangkat dan Muspika Mojolaban dan hasilnya non reaktif. Hasil tes swab pada kontak erat keluarga kades juga negatif. (erlano putra)
Facebook Comments