Thalassophobia: Ketakutan Mendalam Terhadap Lautan yang Sering Diabaikan

Pandangan pengidap Thalassophobia terhadap lautan (Foto: Pinterest)

Sukoharjonews.com – Thalassophobia, atau ketakutan terhadap lautan dan kedalaman air, adalah jenis fobia spesifik yang kerap kali terabaikan dalam diskusi kesehatan mental. Thalassophobia bisa disebabkan oleh faktor genetik dan pengalaman traumatis yang melibatkan air, seperti nyaris tenggelam atau menyaksikan kecelakaan laut. Namun, banyak kasus muncul tanpa pemicu jelas, berkembang dari ketakutan umum menjadi respons cemas ekstrem saat melihat gambar lautan atau bahkan memikirkan kedalaman laut.

Dikutip dari jurnal “The Nature and Treatment of Specific Phobias” (2022), Selasa (12/11/2024), para ahli dari American Psychological Association menyebutkan bahwa thalassophobia sering kali muncul sejak kecil, tetapi dapat berkembang atau semakin parah seiring bertambahnya usia.

Di era digital, eksposur gambar dan video mengenai kedalaman laut di media sosial juga berperan dalam memperkuat fobia ini. “Kekosongan dan kedalaman laut yang tak terlihat bisa menimbulkan respons cemas yang kuat pada individu dengan thalassophobia,” jelas Dr. Hannah McCoy, seorang psikolog klinis di National Phobia Center.

Dampak dari thalassophobia dapat membatasi kehidupan seseorang. Bukan hanya membuat mereka menghindari lautan, tetapi juga aktivitas yang melibatkan air dalam jumlah besar, seperti berenang di kolam renang dalam. Thalassophobia juga sering beriringan dengan fobia lain, seperti aquaphobia (ketakutan terhadap air) dan batophobia (ketakutan terhadap kedalaman atau kegelapan), memperkuat dampaknya dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut penelitian terbaru dari University of Queensland, metode terapi perilaku kognitif (CBT) efektif dalam menangani thalassophobia. Teknik CBT membantu penderita mengubah pola pikir negatif terhadap laut dengan membangun pemahaman logis dan positif mengenai lautan. Sebagai tambahan, metode virtual reality (VR) juga telah diterapkan untuk memperkenalkan penderita secara perlahan pada gambar laut yang realistis, membantu mereka mengelola respons cemas.

Studi ini menyimpulkan bahwa pemahaman terhadap thalassophobia perlu ditingkatkan untuk membantu penderita mengelola fobia ini, terutama dalam lingkungan yang mendorong aktivitas laut atau wisata pantai. Di sisi lain, dukungan dari keluarga dan teman serta kesadaran masyarakat tentang fobia spesifik ini diharapkan dapat memberikan dukungan bagi penderita thalassophobia untuk mendapatkan bantuan yang tepat. (mg-02/nano)


How useful was this post?

Click on a star to rate it!

Average rating 5 / 5. Vote count: 1

No votes so far! Be the first to rate this post.

Facebook Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *