Sukoharjonews.com (Jakarta) – PT Brantas Abipraya dipercaya mengerjakan pembangunan Bendungan Keureuto. Dalam pengerjaannya, Brantas Abipraya mengimplementasikan teknologi konstruksi modern yang inovatif dan berkelanjutan.
Bendungan yang berlokasi di Kecamatan Paya Bakong, Kabupaten Aceh Utara, Aceh tersebut dirancang dengan cermat dan didukung oleh studi hidrologi yang mendalam. Rancangan bendungan tersebut memungkinkan struktur ini untuk menahan debit banjir yang ekstrem, menjaga keseimbangan ekosistem sekitar, serta memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat.
“Lewat pembangunan Bendungan Keureuto, Brantas Abipraya ingin menunjukkan upayanya dalam menjunjung tinggi prinsip keberlanjutan. Kami memilih material ramah lingkungan dan berkomitmen senantiasa memberikan kontribusi positif bagi lingkungan sekitar.
“Lebih dari itu, kami juga melibatkan masyarakat secara aktif dalam setiap tahap pembangunan, sehingga proyek ini tidak hanya menjadi infrastruktur fisik, tetapi juga dapat memberikan banyak manfaat untuk masyarakat sekitar,” ujar Muhammad Toha Fauzi, Direktur Operasi I Brantas Abipraya, dikutip dari laman KabarBUMN, Selasa (10/12/2024).
Bendungan Keureuto yang dibangun oleh Brantas Abipraya ini berfungsi sebagai ‘penahan banjir’ yang besar di Sungai Krueng Keureuto dan enam anak sungainya. Dengan kapasitas tampung 215 juta/m3, bendungan ini dapat mereduksi banjir di Aceh Utara sebesar 30,5 juta meter kubik per detik dan mengairi lahan pertanian seluas 9.420 hektar.
Tak hanya itu, proyek ini juga menyediakan air baku sebesar 0,05 meter kubik per detik sehingga berpotensi untuk membangkitkan listrik melalui PLTA yang berkapasitas 6,34 MW. Salah satu keunggulan dari bendungan ini adalah adanya tampungan khusus banjir yang mampu mengurangi risiko banjir hingga periode ulang 50 tahun.
Selain itu, bendungan ini juga dilengkapi dengan sistem pemantauan yang canggih untuk memastikan keamanan dan operasional yang optimal. Keberhasilan pembangunan Bendungan Keureuto tidak terlepas dari kolaborasi yang erat antara Brantas Abipraya, Pemerintah Daerah, dan masyarakat Aceh Utara.
Mulai dari tahap sosialisasi awal, pembentukan kelompok kerja masyarakat, hingga pelaksanaan pembangunan, masyarakat selalu dilibatkan secara aktif. Hal ini terlihat dari partisipasi mereka dalam musyawarah desa, penyampaian masukan terhadap desain bendungan, serta penyediaan tenaga kerja lokal.
Dengan melibatkan masyarakat secara langsung, proyek ini tidak hanya menjadi proyek pemerintah, tetapi juga menjadi proyek milik masyarakat. Bendungan ini diharapkan dapat menarik investasi dan meningkatkan perekonomian lokal, menciptakan lapangan kerja baru, serta mendorong pengembangan sektor pariwisata.
Dengan semua manfaat tersebut, masyarakat dan pemerintah setempat berharap bahwa Bendungan Keureuto akan menjadi salah satu landmark penting dalam pembangunan wilayah Aceh Utara.
“Bendungan Keureuto bukan hanya sebuah infrastruktur, tetapi juga simbol komitmen kami dalam pembangunan berkelanjutan.
“Kami berharap Bendungan Keureuto ini dapat menjadi contoh bagi proyek-proyek infrastruktur lainnya di Indonesia, yang mengutamakan keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan pelestarian lingkungan,” tambah Fauzi. (nano)
Tinggalkan Komentar