Sukoharjonews.com – pernahkah kamu mendengar salah satu kutipan dari acara TV Bojack Horseman, yang berbunyi: When you look at someone through rose-colored glasses, all the red flags just look like flags. Meskipun konteks aslinya berbicara tentang tanda bahaya dalam hubungan romantis, hal yang sama juga bisa berlaku untuk diri sendiri.
Dilansir dari Psych2go, Kamis (4/5/2023), sulit untuk melihat tanda-tanda peringatan ini dalam diri sendiri, karena kecenderungan kita untuk berempati dan merasionalisasi pilihan serta tindakan kita sendiri. Berikut adalah 6 red flag dalam diri sendiri yang perlu kita waspadai menurut para ahli.
Pembicaraan Diri yang Tidak Konstruktif
Psikolog Dr. Elizabeth Scott mendefinisikan self-talk negatif sebagai setiap dialog batin yang kamu miliki dengan diri sendiri yang mungkin membatasi kemampuan kamu untuk percaya pada diri sendiri dan untuk mencapai potensi yang kamu miliki. Jadi, jika kamu merasa bersalah karena terus-menerus merendahkan diri sendiri dan memiliki banyak pikiran yang mencela diri sendiri, itu merupakan salah satu tanda red flags dalam diri sendiri.
Faktanya, penelitian yang dilakukan oleh Kinderman, Schwannauer, Pontin, dan Tai menemukan bahwa self-talk negatif meningkatkan risiko masalah kesehatan mental seperti penurunan motivasi, perasaan tidak berdaya, bahkan depresi.
Kebutuhan Neurotik akan Validasi Sosial
Apakah kamu merasa bahwa kamu terlalu berusaha untuk menyenangkan orang lain? Apakah harga diri kamu sering naik turun tergantung pada pendapat dan perasaan orang lain terhadap kamu? Apakah kamu merasakan kebutuhan yang kuat untuk selalu membuat orang lain menyukai kamu, terlepas dari apakah kamu menyukai mereka atau tidak?
Semua hal ini adalah tanda bahwa kamu mungkin memiliki kebutuhan neurotik akan validasi sosial. Ini merupakan tanda red flag dalam diri sendiri karena menurut Marissa Pomerance, seorang penulis kesehatan mental dan kebugaran, orang-orang dengan kebutuhan validasi sosial yang terlalu tinggi sering kali memiliki harga diri yang rendah dan bertahan dalam persahabatan dan hubungan sepihak yang tidak sehat.
Kebutuhan Neurotik akan Kontrol
Terus-menerus perlu memperbaiki masalah orang lain untuk mereka dan mengelola mikro semua orang di sekitar kamu bukan hanya merupakan tanda red flag, tetapi juga tanda-tanda bahwa kamu memiliki kebutuhan neurotik untuk mengontrol. Menurut Dr. Christine Adams dalam sebuah artikel untuk Psychology Today, orang-orang seperti ini kemungkinan besar bergulat dengan perasaan tidak berdaya yang kuat, dan untuk mengatasinya menjadi terlalu menuntut dalam cara mereka berhubungan dengan orang lain.
Perfeksionisme Beracun
Terkait dengan poin sebelumnya, Dr. Christine Adams juga berbicara tentang sesuatu yang dia sebut sebagai orang aneh pengendalian diri atau yang mungkin lebih dikenal oleh banyak orang sebagai perfeksionisme beracun. Menurut Dr. Adams, masalah dengan orang-orang ini adalah bahwa mereka mengharapkan diri mereka tampil sempurna dan tanpa kesalahan. Dengan demikian, kebiasaan ini hanya akan mempersiapkan diri untuk kegagalan dan kekecewaan. Ini bukan hanya tanda red flag dan kelemahan, tetapi juga kebiasaan beracun bagi kesehatan mental kamu.
Keterikatan yang Menghindar
Dalam sebuah artikel dari Better Help, ditinjau secara medis oleh pekerja sosial klinis berlisensi April Justice, orang dengan gaya keterikatan menghindar cenderung terlepas dan tertutup secara emosional. Mereka sering merasa tidak nyaman dengan kedekatan dan keintiman jangka panjang dalam hubungan.
Akibatnya, respons spontan mereka terhadap konflik bukanlah untuk berkomunikasi secara terbuka dengan orang lain dan berkolaborasi untuk menyelesaikannya dengan mereka. Sebaliknya, mereka cenderung menghindari orang lain sama sekali atau memanifestasikan perilaku sabotase diri lainnya, misalnya menipu dan tidak pernah meminta bantuan.
Kecanduan Media Sosial
Tanda red flag lain yang mungkin tidak kamu sadari adalah kecanduan media sosial. Sebuah penelitian yang ditemukan dalam studi tahun 2019 mengungkapkan bahwa hal tersebut berdampak negatif terhadap kesehatan mental dan kinerja akademik mahasiswa.
Sebuah artikel dari Healthline yang ditulis oleh praktisi kesehatan mental, Dr. Kristeen Cherney dan Dr. Timothy Legg mengutip bahwa beberapa kemungkinan kerugian dari terlalu banyak konsumsi media sosial dapat menyebabkan: harga diri rendah, meningkatnya perasaan kesepian, kecemasan atau depresi, timbulnya gangguan kecemasan sosial, pola tidur terganggu, aktivitas fisik menurun, mengabaikan hubungan kehidupan nyata, dan berkurangnya kemampuan berempati dengan orang lain.(patrisia argi)
Facebook Comments