Ragam  

Siap-Siap, Dam Colo Akan Ditutup Lebih Cepat, Informasinya Per 15 September

Petani diminta bersiap diri karena Dam Colo direncanakan ditutup lebih cepat, yakni pada 15 September nanti.

Sukoharjonews.com (Sukoharjo) – Pintu air Dam Colo akan ditutup lebih awal. Biasanya, Dam Colo ditutup pada 1 Oktober tiap tahunnya untuk perawatan. Namun, tahun ini pintu Dam Colo diinformasikan akan ditutup pada 15 September mendatang. Artinya, penutupan pintu Dam Colo tersebut maju 15 hari. Untuk itu, petani yang selama ini mengandalkan air dari saluran Dam Colo diimbau untuk menyiapkan diri.



“Informasinya memang penutupan pintu Dam Colo dilakukan lebih awal, maju 15 hari dari jadwal biasanya pada 1 Oktober,” terang Ketua Paguyuban Petani Pengguna Air (P3A) Dam Colo Timur, Jigong Sarjanto, Selasa (13/8).

Dikatakan Jigong, penutupan lebih awal otomatis akan berimbas pada tanaman padi di sepanjang saluran dam. Baik itu di Kabupaten Sukoharjo, Karanganyar, Sragen, hingga Ngawi, Jatim. Lahan padi yang terkena dampak sekitar 21.000 hektar di empat kabupaten tersebut. Disinggung soal penyebabnya, Jigong mengaku karena kesalahan pola operasi yang diterapkan oleh Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air (TKPSDA).

Menurutnya, kesalahan pola operasi tersebut terjadi sejak memasuki musim kemarau tahun ini. Seharusnya, ujar Jigong, sesuai pola operasi di awal musim kemarau pada 1 Mei lalu, debit air yang dikeluarkan berkapasitas 10 meter kubik per detik atau dibawahnya. Hanya saja. air yang dikeluarkan justru lebih besar karena mencapai 18 meter kubik per detik.

“Outflow” 18 meter kubik per detik di saluran induk Colo Timur tersebut diberikan flat selama dua bulan, Mei dan Juni. Jigong menyampaikan, aliran 18 meter kublik tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan riil petani di empat kabupaten tersebut. Sejak awal Agustus, ujar Jigong, debit air yang dialirkan di saluran hanya 13 meter kubik per detik dan pada pertengahan Agustus diturunkan menjadi 12 meter kubik per detik, sampai September nanti direncanakan menjadi 11 meter kubik per detik.

“Penurunan ini diprotes petani utamanya di wilayah Karanganyar, Sragen dan Ngawi mengingat potensi kekurangan air untuk wilayah tersebut lebih besar dibandingkan Sukoharjo,” terangnya.

Padahal, rata-rata usia tanaman padi sudah dewasa di tiga daerah tersebut sudah siap panen sehingga membutuhkan air yang lebih besar. Untuk itu, petani khawatir tanaman padinya akan puso karena kekurangan air. Sebagai solusi, debit air lantas dinaikkan menjadi 16 meter kubik per detik secara flat dan diperkirakan hanya mampu mengaliri lahan pertanian di saluran induk Dam Colo Timur hingga 15 September mendatang.

Jigong mengaku saat ini sosialisasi terus dilakukan sebagai antisipasi lahan pertanian mengalami puso atau gagal panen akibat tak ada air. Petani sendiri diharap mulai mencari sumber-sumber air alternatif seperti memanfaatkan sumur pantek maupun air sungai. (erlano putra)



How useful was this post?

Click on a star to rate it!

Average rating 5 / 5. Vote count: 2

No votes so far! Be the first to rate this post.

Facebook Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *