Sukoharjonews.com (Sukoharjo) – Petani di wilayah dengan alokasi pupuk bersubsidi yang relatif sedikit menjadi sasaran utama peredaran pupuk palsu. Sayangnya, petani cenderung tidak tahu cara membedakan pupuk asli dengan pupuk palsu. Pupuk palsu biasanya dibuat mirip dan dikemas menyerupai kemasan pupuk asli itu.
Hal tersebut diungkapkan General Manager Pemasaran PT Petrokimia Gresik, Kadek Laksana di sela acara Sosialisasi Teknis Pemupukan dan Budidaya Pertanian di Makodim 0726/Sukoharjo, Rabu (17/1). Kadek mengatakan, petani cenderung tidak mau tahu karena hanya berpatokan pada harganya yang sama dengan pupuk bersubsidi.
“Harga pupuk palsu dengan pupuk bersubsidi menjadi mirip di lapangan karena pupuk asli yang sebenarnya harganya mahal menjadi terjangkau setelah disubsidi pemerintah. Tapi petani berpikirnya pupuk ini sama,” jelas Kadek.
Padahal, kata dia, harga jual pupuk palsu sudah sesuai dengan biaya produksinya. Sebab, pupuk palsu dibuat dengan bahan yang tidak berkualitas. Produsen pupuk palsu menggunakan bahan-bahan yang dapat merusak kesuburan tanah. Bahkan ada yang hanya dibuat dengan bahan-bahan yang dicampur garam .
“Produsen pupuk palsu biasanya sembunyi-sembunyi, ada pupuknya tapi pabriknya di mana tidak jelas. Produsen pupuk palsu ini mengisi wilayah dengan alokasi pupuk bersubsidi dari pemerintah tidak banyak,” tuturnya.
Kadek mengungkapkan, selama ini tidak jarang mendapati peredaran pupuk palsu. Pihaknya selalu bekerjasama dengan aparat untuk memberantas keberadaan pupuk palsu ini. “Di Bekasi kami bersama Polda Metrojaya menemukan satu produsen pupuk palsu. Sehari mereka bisa produksi 10 ton,” ungkapnya.
Dia mengatakan, produk PT Petrokimia Gresik yang sering dipalsukan jenis pupuk Phonska (NPK). “Kemasannya dimirip-miripkan dan harganya sama dengan pupuk bersubsidi. Petani juga berfikirnya dengan pupuk yang sama. Ini yang harus diluruskan,” tandasnya.
Pihaknya berharap petani lebih jeli ketika membeli pupuk. Dia menjelaskan, pupuk asli selalu disertai label SNI, nomor registrasi, ada komposisi bahan bakunya dan dijual di agen resmi. “Kalau ada agen resmi menjual pupuk palsu, kami putus kerjasamanya,” tegasnya.
Sementara, Dandim 0726/Sukoharjo Letkol Inf Chandra Ariyadi Prakosa mengatakan, Sosialisasi Teknis Pemupukan dan Budidaya Pertanian tersebut diikuti 184 personel Babinsa. Selain dibekali waawasan sebagai penyuluh dan pendamping budidaya pertanian, para personel TNI tersebut juga diharapkan dapat mengantisipasi peredaran pupuk palsu.
“Dalam rangka ketahanan pangan, TNI bisa menindak pengedar pupuk palsu. Kami berwenang menangkap dan menyerahkan proses hukum ke polisi,” jelasnya.
Menurut Dandim, sejauh ini belum ada temuan terkait pereadaran pupuk palsu di wilayah Sukoharjo. “Wawasan Babinsa kita perluas sehingga bisa mendeteksi dan membedakan mana pupuk palsu dan asli. Intinya kami siap mengantisipasi peredaran pupuk palsu dan akan mengawal alokasi pupuk bersubsidi agar tepat sasaran,” tegasnya. (sofarudin)
Tinggalkan Komentar