Sukoharjonews.com (Nguter) – PT Rayon Utama Makmur (RUM) melakukan ujicoba sejak 21 September lalu. Sejak saat itu, warga kembali mencium bau dari pabrik serat rayon tersebut. Bahkan, warga harus mengungsi dari rumah masing-masing karena terdampak bau. Diketahui terdapat 45 warga dari dua desa yang mengungsi, yakni Desa Gupit dan Pengkol. Warga mengungsi di balai desa masing-masing. Saat ini, warga masih bertahan di pengungsian.
“Memang benar ada warga yang mengungsi karena terganggu bau dari PT RUM yang tengah melakukan ujicoba produksi sejak berhenti beroperasi sejak Februari lalu,” terang Kapolsek Nguter AKP Banuari, Minggu (30/9).
Dikatakan Banuari, warga dari Desa Gupit yang mengungsi berasal dari Dukuh Ngaprah, Tawang Badran, dan Dukuh Tawang Krajan dengan jumlah 20 orang. Mereka mengungsi di Balaidesa Gupit. Sedangkan untuk Desa Pengkol ada 25 pengungsi dari Dukuh Tegalrejo, Badran, dan Kenteng. Saat ini, kondisi para pengungsi sendiri diketahui sehat.
Terpisah, Pembina Masyarakat Peduli Lingkungan (MPL) Ari Suwarno mengatakan, warga mengungsi di balai desa sejak Sabtu (29/9). Menurutnya, ada beberapa warga yang merasa mual dan pusing. Bahkan, Ari mengaku warga yang mengungsi ada yang membawa bayi baru lahir tiga hari. Orang tuanya takut bayinya yang baru lahir akan terkena dampak bau dari PT RUM.
Terkait masalah tersebut, Sekretaris PT RUM Bintoro Dibyoseputro ketika dikonfirmasi mengatakan, PT RUM sudah langsung turun ke lapangan begitu mendengar adanya warga yang mengungsi. Bintoro mengaku, saat ini bau yang keluar dari pabrik beraroma seperti. Bintoro menegaskan, begitu tahu ada warga yang mengungsi, PT RUM langsung hadir di tempat pengungsian.
“Kami bersedia menghentikan uji coba ini. Bahkan, sejak ada surat dari Bupati Sukoharjo Wardoyo Wijaya kami sudah mematikan mesin. Namun, ibarat kereta api mesin tidak bisa berhenti mendadak. Ada proses menghabiskan bahan baku yang sudah masuk ke mesin,” terangnya.
Pada intinya, ujar Bintoro, PT RUM bersedia menghentikan ujicoba produksi kalau masyarakat masih terganggu. Namun, Bintoro mengaku harus menghabiskan bahan yang sudah terlanjur masuk ke dalam mesin produksi. “Jadi, secara teknis sudah mati, suara dari luar itu tinggal produksi uap. Karena kalau beku malah baunya tidak berhenti. Produksi yang didengar masyarakat itu produksi uap,” jelasnya. (erlano putra)
Tinggalkan Komentar