Sukoharjonews.com (Sukoharjo) – Keberadaan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) fiktif dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) online tingkat SMA diswapdai. Pasalnya, tahun lalu sempat muncul kasus adanya SKTM fiktif sehingga diprotes warga. PPDB online SMA sendiri mulai dibuka pada 1 Juli lalu dan berakhir pada 5 Juli nanti.
“Calon siswa menggunakan SKTM untuk mendaftar memang diperbolehkan. Sesuai aturan, kuota siswa tidak mampu sebesar 20%,” jelas Wakil Kepala SMAN 1 Sukoharjo Bagian Kesiswaan Agus Widodo, Selasa (3/7).
Agus mengatakan, terkait penggunaan SKTM tersebut sekolah hanya sekadar menerima dan melayani. Sekolah tidak bisa menolak pendaftar yang menggunakan SKTM. Untuk itu, sekolah berharap pengawasan langsung bisa dilakukan oleh masyarakat. Termasuk dalam hal ini pihak kelurahan/desa yang mengeluarkan SKTM tersebut.
Yang jelas, ujar Agus, terkait SKTM tersebut, SMAN 1 Sukoharjo tegas dengan peraturan yang ada. Jika ada calon siswa mendaftar dengan menggunakan SKTM fiktif dan diterima, sekolah tidak akan segan-segan untuk mencoretnya. Yang pasti, harus ada bukti yang jelas terkait SKTM yang digunakan memang fiktif.
“Tahun lalu ada 10 siswa yang ketahuan menggunakan SKTM fiktif di SMAN 1 Sukoharjo dan langsung diambil tindakan tegas dengan mencoretnya dari daftar yang diterima,” tandasnya.
Hal senada diungkapkan Kepala SMAN 1 Sukoharjo Sri Soewarsih. Menurutnya, dalam peraturan memang ada penerimaan SKTM saat mendaftar PPDB. Untuk itu, dia berharap masyarakat saling mengawasi terkait penggunaan SKTM tersebut. Pasalnya, masyarakat sendiri yang paham dengan kondisi sebenarnya siswa bersangkutan.
Untuk PPDB SMA ini, ujarnya, SMAN 1 Sukoharjo sudah menyiapkan sebanyak 10 komputer untuk pendaftaran. Sampai saat ini tidak ada pelaporan yang negatif terkait PPDB online di SMAN 1 Sukoharjo. Semua juga berjalan lancar. Calon siswa yang datang mendaftar juga terlihat membeludak karena SMAN 1 adalah SMA favorit.
Terpisah, salah satu orang tua calon siswa Harni Kurniawati mengaku PPDB tahun ini lebijb baik. Warga Kampung Larangan, Kelurahan Gayam tersebut memantau peringkat anaknya melalui handphone. Namun, yang menjadi beban pikirannya terkait kejadian tahun lalu dimana ada pendaftar menggunakan SKTM fiktif.
”Jangan sampai SKTM fiktif kembali muncul. Harusnya orang kaya mencari SKTM hanya sekadar untuk daftar sekolah malu,” ujarnya. (erlano putra)
Tinggalkan Komentar