Sukoharjonews.com – Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Sukoharjo sejak beberapa waktu terakhir terus mendorong keberadaan petani milenial. Upaya tersebut dilakukan sebagai bentuk regenerasi karena saat ini usia petani di Kabupaten Sukoharjo 90% lebih didominasi usia tua.
Terkait hal itu, Ketua Petani Milenial Kabupaten Sukoharjo, Janu Hari Setiawan, pun membuktikan bahwa teknologi “smart farming” mampu meningkatkan produktivitas pertanian di lahan tandus, meskipun di tengah musim kemarau panjang. Inovasi ini diterapkan di lahan milik Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Sukoharjo, Bagas Windaryatno.
“Smart farming” diharapkan dapat menjadi solusi bagi petani yang sering menghadapi kendala produksi akibat kondisi cuaca ekstrem,” ujar Janu, Rabu (25/9/2024).
Janu mengungkapkan motivasinya menerapkan “smart farming” adalah untuk mengatasi tantangan pertanian di musim kemarau. Kami harap kondisi kemarau panjang tidak menjadi kendala, sehingga petani tetap bisa berproduksi meski di lahan yang kurang subur,” katanya.
Menurutnya, awal mula penerapan teknologi “smart farming” bermula dari pembelajaran mandiri melalui tutorial di YouTube, serta diskusi dengan komunitas petani nasional yang telah menggunakan metode fertigasi tetes di sistem greenhouse. Namun, berbeda dari umumnya, mereka mencoba menerapkannya di lahan terbuka.
“Kami ingin membuktikan bahwa teknologi ini bisa diaplikasikan di lahan terbuka dan memberikan hasil yang lebih baik,” kata Janu.
Meskipun tantangan utamanya adalah anggapan bahwa modal yang dibutuhkan cukup besar, Janu yakin bahwa “smart farming” adalah investasi jangka panjang. “Memang mahal di awal, tapi efektivitasnya membuat kita bisa menanam tanpa mengenal musim. Dengan tanaman cabai, misalnya, kami bisa panen hingga empat kali dalam setahun,” paparnya.
Penerapan teknologi ini mendapat dukungan penuh dari pemerintah daerah. Bupati Sukoharjo telah membantu dengan menyediakan “smart greenhouse” di tiga kecamatan yaitu Baki, Mojolaban, dan Nguter. Selain itu, juga penggunaan drone untuk pemupukan dan pengendalian hama.
“Ini menunjukkan bahwa pemerintah daerahserius dalam mendukung modernisasi pertanian,” kata Janu.
Melihat hasil positif ini, Janu berharap teknologi “smart farming” bisa diadopsi di wilayah lain yang memiliki kondisi lahan serupa. Ia yakin pertanian modern akan membantu meningkatkan efektivitas dan efisiensi para petani di Indonesia.
Dalam waktu satu tahun terakhir, Janu telah berhasil membudidayakan 1.000 tanaman cabai di lahan tandus. Ia berharap ke depan semakin banyak petani yang mau mengadopsi teknologi tersebut sehingga tidak ada lagi kendala dalam menghadapi musim kemarau atau cuaca ekstrem.
“Smart farming” yang diterapkan tersebut menjadi contoh nyata bagaimana inovasi teknologi dapat menjawab tantangan-tantangan di dunia pertanian. Dengan dukungan penuh dari pemerintah dan tekad para petani, diharapkan pertanian modern bisa terus berkembang di Kabupaten Sukoharjo dan wilayah-wilayah lainnya. (mg-02/nano)
Tinggalkan Komentar