Pesta Tahunan Penutupan Dam Colo, Warga Ramai-Ramai Berburu Ikan

Pintu air di Dam Colo Timur dan Barat ditutup per 1 Oktober, Senin (1/10) pukul 06.00 WIB. Penutupan rutin dilakukan untuk perawatan saluran.

Sukoharjonews.com (Nguter) – Warga di sepanjang aliran Dam Colo Timur dan Barat pesta ikan tahunan, Senin (1/10). Hal itu menyusul ditutupnya pintu Dam mulai pukul 06.00 WIB. Penutupan dilakukan rutin tiap tahun dan dilakukan setiap 1 Oktober. Tahun ini, penutupan Dam Colo tidak mundur seperi tahun lalu yang mundur hingga 6 Oktober. Penutupan tersebut membuat warga pun pesta ikan di sepanjang saluran karena air surut.


Dalam kesempatan itu, warga yang berburu ikan pun tidak hanya warga Sukoharjo saja. Pasalnya, banyak juga warga daerah lain yang datang ingin mencari ikan. Seperti dari Karanganyar, Wonogiri, dan lainnya. Dari pantauan di lokasi, di sepanjang aliran air baik Dam Colo Timur maupun Dam Colo Barat bertebaran warga yang mencari ikan dengan berbagai alat.

Terlihat ada yang menggunakan jaring kecil, jala, stroom, atau sekadar menggunakan jala kecil. Warga mengaku sudah menunggu sejak pukul 05.30 WIB untuk bisa mencari ikan di lokasi yang dikehendaki. “Sudah ramai selepas subuh. Warga mencari lokasi sendiri-sendiri begitu air sudah surut,” ujar Slamet, warga Desa Gupit, Nguter.

Slamet mengaku, begitu air mulai surut, warga pun langsung turun ke air memasang jaring atau menebar jala. Selain itu, banyak juga warga yang menggunakan alat stroom. Slamet mengaku hanya mencari ikan di saluran di Desa Gupit. Dirinya tidak mencari ikan di sekitar Dam Colo. Menurutnya, tahun ini ikan yang ada di saluran jauh berkurang.

“Kalau dibandingkan tahun lalu, ikannya sedikit. Itupun kecil-kecil,” ujarnya.

Warga lainnya, Suparno mengaku ikan yang didapat rata-rata jenis tawes putih. Untuk jenis lain seperti jambal, lele, jarang didapat. Ikan hasil tangkapannya pun tidak dia jual karena untuk dikonsumsi sendiri. Menurutnya, biasanya pencari ikan dan kemudian menjualnya ada di sekitar Dam Colo. Sedangkan warga yang mencari di sepanjang saluran rata-rata untuk konsumsi sendiri.

Ditanya soal harga ikan, Suparno mengaku tergantung penjualnya dan dijual secara “rentengan”. Jadi, karena tidak ada timbangan, ikan hasil tangkapan “direnteng” dan dijual per “renteng”. “Tergantung yang jual, ada yang menjual Rp15 ribu per “renteng”, ada juga yang Rp25 ribu. Tergantung jumlah ikan per “renteng” juga,” ujarnya.

“Kalau untuk mencari udang harus menunggu surut 100%. Kalau masih banyak air susah dapat udang,” ujarnya.(erlano putra)


Erlano Putra:
Tinggalkan Komentar