Sukoharjonews.com – Saat sedang berpuasa, hal yang wajib dilaksanakan adalah membaca niat puasa. Karena, tanpa kita mengucapkan niat, suatu amalan bisa tidak tercatat dan sia-sia karena tidak terhitung.
Mengutip dari NU Online, pada Jum’at (31/3/2023), perintah untuk melakukan niat pada awal amal ibadah itu berdasarkan satu hadis populer yang diriwayatkan dari Amirul Mukminin Sayyidina Umar bin Khattab:
عن أمير المؤمنين أبي حفص عمر بن الخطاب رضي الله عنه قال: سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: (( إنما الأعمال بالنيات، وإنما لكل امرئ ما نوى. فمن كانت هجرته إلى الله ورسوله، فهجرته إلى الله ورسوله. ومن كانت هجرته لدنيا يصيبها أو امرأة ينكحها، فهجرته إلى ما هاجر إليه )). رواه البخاري ومسلم
Artinya, “Dari Amirul Mukminin Abi Hafsh Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya sahnya suatu amal itu sebab niat dan setiap orang akan mendapatkan sesuatu sesuai dengan niatnya. Barangsiapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang hijrahnya kepada dunia yang ingin diraih atau wanita yang ingin dinikahi, maka hijrahnya kepada apa yang dia berhijrah kepadanya.” (HR Al-Bukhari dan Muslim).
Perbedaan Niat Puasa Fardhu dan Puasa Sunah Ada tiga perbedaan puasa fardhu dan puasa sunah sebagai berikut:
1. Waktu pelaksanaan niat. Untuk puasa fardhu, niat bisa dimulai sejak masuknya waktu Maghrib hingga fajar maka wajib dilakukan di malam hari. Sedangkan untuk niat puasa sunah bisa dilakukan mulai masuknya Maghrib hingga sebelum Dzuhur, maka tidak wajib dilakukan di malam hari.
2. Kewajiban memberikan kejelasan jenis puasa yang hendak dilakukan. Jika puasa fardhu, seseorang yang hendak melakukannya wajib untuk memperjelas jenis puasanya, seperti puasa Ramadhan, kafarat, nazar, atau qadha’. Sementara untuk puasa sunah, orang tersebut tidak perlu untuk memperjelas jenis puasa yang hendak dilakukan olehnya. Namun menurut pendapat yang mu’tamad, orang tersebut hendaknya memperjelas jenis puasa yang akan dilakukan olehnya jika puasa tersebut sudah ditentukan waktunya, seperti puasa Arafah.
3. Kebolehan untuk menggabungkan dua puasa di hari yang sama. Untuk puasa wajib, seseorang tidak diperbolehkan untuk menggabungkan dua puasa fardhu di hari yang sama. Sedangkan untuk puasa sunah, seseorang boleh menggabungkan dua puasa sunnah atau lebih dengan satu niat.
Demikian 3 perbedaan niat puasa fardhu dan puasa sunah yang harus diketahui oleh orang yang melakukannya, sehingga ia dapat melakukan niat puasa yang benar, baik niat puasa fardhu maupun puasa sunah. Wallahu alam. (cita septa)
Tinggalkan Komentar