Nira, Si Segar yang Banyak Manfaat

Manfaat air nira.(Foto:Intronesia)

Sukoharjonews.com – Kalian sudah tahu belum minuman tradisional yang berasal dari air nira yang dalam bahasa Jawa sering disebut legen dan lahang dalam bahasa Sunda? Minuman ini rasanya manis dan menyegarkan, apalagi kalau ditambah es. Bisa banget jadi alternatif pelepas dahaga dari panasnya cuaca di wilayah tropis seperti Indonesia.

Dilansir dari Nibble, Sabtu (30/11/2024),pedagang nira dengan membawa tabung bambu panjang untuk wadah mengisi air nira tersebut. Gak cuma menyegarkan, ternyata banyak kegunaan lainnya seperti bahan baku pembuatan gula tradisional hingga dibuat jadi minuman beralkohol yang memabukkan. Kandungan manfaatnya juga banyak di dalamnya. Yuk kita kenalan lebih jauh dengan air nira.

Asal-Usul Air Nira
Air nira secara tradisional diambil dari sadapan air getah tandan bunga keluarga palma seperti aren, kelapa, sagu, lontar/siwalan dan sebagainya. Pengambilan nira diawali dengan pemukulan atau diketok-ketok tangkai tandan bunga dari pangkal pohon ke arah bunganya. Hal tersebut dilakukan sampai bunganya berguguran dan bisa memakan waktu sebulanan. Tujuan diketok-ketok tersebut supaya melemaskan pori pori atau jalur keluarnya nira supaya lebih lancar dan deras.

Pohon enau atau aren yang siap disadap akan mengeluarkan aroma harum yang berasal dari tandan bunga jantan yang berdampingan dengan betina. Biasanya pohon aren disadap dua kali sehari, yakni pada pagi dan sore hari. Jumlah hasil panen nira tergantung pada tingkat kesuburan tanah dan perawatannya. Kalau subur dan baik, bisa menghasilkan lebih dari 10 liter air per sadapan.

Kandungan Alkohol Air Nira
Perlu diketahui kalau air nira sebetulnya gampang banget untuk menjadi masam dan beralkohol, karena zat gula yang terkandung di dalamnya akan mudah terfermentasi. Oleh karena itu, air sadapan ini sering diajadikan bahan minuman beralkohol tradisional. Contohnya tuak khas Batak atau saguer dari Minahasa dan Indonesia Timur.

Tapi tenang saja, bagi umat Muslim sebetulnya nira tetap halal kok, asalkan nggak sampai mengalami fermentasi hingga menyebabkan munculnya kandungan alkohol. Supaya mencegah nira jadi mudah terfermentasi, biasanya para penyadapnya akan menggunakan satu kilogram kayu nangka yang telah dicincang seperti kripik. Cincangan kayu nangka itu direndam dalam satu liter air masak hingga kecokelatan. Ciri khas nira yang sudah terfermentasi dan beralkohol adalah timbulnya perubahan rasa menjadi masam hingga pahit. Tapi, kalau rasanya masih manis dan segar, tandanya ia masih aman dikonsumsi. Bahkan air tersebut bisa diolah menjadi karamel untuk proses pembuatan gula tradisional.

Bahan Pembuatan Gula Tradisional
Air nira dari pohon aren maupun kelapa yang sudah terkumpul kemudian disaring dahulu untuk membuang kotoran yang masih tersisa di dalamnya. Setelah disaring akan direbus di atas wajan ukuran besar menggunakan api yang sedang sembari terus diaduk. Lama pemasakan sekitar 4-5 jam, tergantung pada bentuk tungku dan besarnya api. Jangan lupa untuk membuang buih yang keluar saat nira sudah mulai mendidih. Tujuannya supaya saat dicetak, gula bisa cepat mengeras dan gak berubah warna jadi kehitaman. Setelah direbus beberapa lama, cairan gula akan mengalami karamelisasi dan berubah warna secara perlahan menjadi warna cokelat.(patrisia argi)

Patrisia Argi Satuti:
Tinggalkan Komentar