

Sukoharjonews.com – Malam Lailatul Qadar, malam yang penuh keberkahan dan lebih baik dari seribu bulan, menjadi momen yang sangat dinanti-nantikan oleh umat Islam, terutama pada sepuluh malam terakhir Ramadhan. Malam ini diyakini sebagai waktu yang penuh dengan rahmat Allah SWT, segala amal ibadah yang dilakukan pada malam tersebut dilipatgandakan pahalanya. Oleh karena itu, umat Islam berlomba-lomba mencari malam tersebut dengan berbagai amalan, seperti sholat malam, dzikir, dan ibadah lainnya.
Dikutip dari Bincang Muslimah, pada Selasa (25/3/2025) Lailatul Qadar biasanya terjadi di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, terutama di malam-malam ganjil. Oleh karena itu, kita sangat dianjurkan untuk lebih semangat dan giat lagi menghidupkan sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan dengan banyak beribadah kepada Allah dan i’tikaf di masjid, sebagaimana telah dicontohkan Nabi Saw.
Dalam hadis riwayat Imam Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah, dia berkata;
كَانَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِذَا دَخَلَ اَلْعَشْرُأَيْ: اَلْعَشْرُ اَلْأَخِيرُ مِنْ رَمَضَانَ- شَدَّ مِئْزَرَهُ وَأَحْيَا لَيْلَهُ وَأَيْقَظَ أَهْلَه
Rasulullah Saw biasa ketika memasuki sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan, beliau kencangkan sarungnya, menghidupkan malam-malam tersebut dengan ibadah, dan membangunkan keluarganya untuk beribadah.
Dalam kitab Nihayatuz Zain, Syaikh Nawawi menjelaskan tiga tingkatan dalam menghidupkan malam Lailatul Qadar. Yaitu, tingkatan ‘ulya atau tinggi, tingkatan wustha atau pertengahan, dan tingkatan dunya atau rendah.
Menurut Syaikh Nawawi, kita dinilai mencapai tingkatan tinggi dalam menghidupkan Lailatul Qadar jika kita melakukan shalat wajib berjemaah dan mengerjakan shalat-shalat sunnah pada malam tersebut. Misalnya, shalat tarawih, shalat witir, shalat hajat, shalat taubat dan shalat tahajjud.
Selanjutnya, kita dinilai mencapai tingkatan wustha atau pertengahan dalam menghidupkan Lailatul Qadar jika kita banyak berdzikir kepada Allah pada malam tersebut. Berdzikir atau mengingat Allah bisa dilakukan dengan membaca Al-Quran, tadarus, membaca shalawat kepada Nabi Saw, dan lain sebagainya.
Tingkatan terakhir adalah tingkatan dunya atau terendah. Kita dinilai hanya sampai pada tingkatan ini jika kita menghidupkan Lailatul Qadar dengan hanya melaksanakan shalat Isya’ dan shalat Shubuh secara berjemaah.
Sementara selain tiga tingkatan ini disebut orang-orang yang merugi. Yaitu orang-orang yang melaksanakan shalat Isya’ dan shalat Shubuh sendirian dan tidak melakukan ibadah apapun pada malam tersebut.(cita septa)
Tinggalkan Komentar