Sukoharjonews.com (Mojolaban) – Musim kemarau telah tiba. Musim ini menjadikan penanda bagi perajin Genteng di Desa Wirun Kecamatan Mojolaban untuk bekerja keras memproduksi genteng. Pasalnya, para perajin Genteng di Wirun, Mojolaban masih menggunakan cara manual untuk mengeringkan genteng dengan cara dijemur. Musim kemarau juga menandai naiknya pesanan dari luar daerah.
“Saat musim kemarau seperti ini, kami mengebut produksi karena penjemuran mudah dengan sinar matahari. Kalau musim hujan biasanya produksi kami kurangi,” terang salah satu perajin genteng di Dukuh Godekan, Desa Wirun, Muhadi, Minggu (22/7).
Menurutnya, dengan datangnya musim kemarau membuat proses produksi jadi semakin cepat. Musim kemarau juga menandai produksi Genteng para perajin naik signifikan. Muhadi mengaku, sekali produksi biasanya dirinya bisa menghasilkan 1.000 buah genteng. Selama ini, gentengdari Wirun banyak dipesan warga di wilayah Solo Raya.
Muhadi mengaku, dalam sebulan paling banyak bisa menjual 9.000 buah genteng. Setiap 1.000 gentengnya dijual Rp1,2 juta. Hal itu jika pesanan lancar. Namun, ada juga masa dimana gentengnya sulit dijual atau sepi pembeli. Dia harus bersabar untuk memutar uang saat itu.
“Kalau pas produksinya bareng dengan perajin wilayah lain, biasanya stok numpuk. Tapi sudah biasa itu,” jelasnya.
Muhadi mengatakan, untuk membuat genteng tersebut menggunakan mesin press. Mesin tersebut dia pesan khusus. Cara pembuatannya menggunakan tanah liat yang diolesi solar. Setelah itu dimasukkan ke mesin untuk dicetak. Tanah liat yang dia bawa sendiri dibeli per mobil pikap Rp130 ribu.
Begitu tanah datang, dia harus membersihkannya terlebih dahulu. Sebab, tanah tersebut masih ada rumput dan bekas padi. Menurut dia, saat ini bahan baku tanah masih mudah didapatkan. Dia menuturkan, untuk tanah ini tidak boleh sembarangan karena harus kualitas terbaik. Jika tidak, genteng bakal gampang pecah. (erlano putra)
Tinggalkan Komentar