Sukoharjonews.com (Gatak) – Musim hujan mulai berdampak pada produksi kerajinan rotan di Desa Trangsa, Gatak, Sukoharjo. Pasalnya, dengan datangnya musim hujan membuat perajin kesulitan menjemur produk rotannya. Kondisi tersebut mempengaruhi pada hasil produksi dimana akhir-akhir ini mengalami penurunan.
“Produksi memang terpengaruh karena mengalami penurunan, namun secara umum tidak mempengaruhi pesanan,” ujar salah satu perajin rotan Trangsan, Rewang, 34, Rabu (13/12)
Lebih lanjut dia mengatakan, dengan kondisi cuaca seperti ini perajin memang harus ekstra sabar melakukan pengeringan bahan baku dan produk. Meski terkendala cuaca, Rewang sudah terbiasa karena tiap tahun kendala tersebut sudah menjadi rutinitas ketika memasuki musim penghujan.
Menurutnya, kondisi cuaca tidak memengaruhi kualitas produk rotan yang dihasilkan. Pasalnya, para perajin selalu menjaga kondisi produk mereka sebelum dijual. Saat ini, ujar Rewang, waktu penyelesaikan satu produk bisa bertambah lama karena terkenda cuaca tersebut.
Dia juga mengatakan, semakin lama Desa Wisata Trangsan makin di kenal masyarakat luas. Rewang bersyukur, dengan begitu masyarakat luas bisa banyak mengenal produk rotan Trangsan. Kedepan, dia berharap produk rotan dari Trangsan semakin dikenal. ”Sebagai perajin juga terus berusaha untuk meningkatkan kualitas produk agar konsumen puas,” ujarnya.
Terpisah, Bagian Pendanaan dan Bendahara Klaster Rotan Trangsan Agung menambahkan, saat ini desa wisata rotan sudah mulai dilirik. Hal tersebut dilihat dari kunjungan yang ada baik dari lokal maupun mancanegara. Beberapa yang sudah pernah datang yakni Delegasi Asosiasi Tekstil Negara Bagian Saxony-Jerman.
“Kami berharap kunjungan dari mancanegara ini bisa menjadi hal yang baik untuk kemajuan desa wisata rotan khususnya untuk ekspor. Dari kunjungan itu kami harap berlanjut ke pemesanan produk rotan dari Trangsan,” katanya.
Agung mengaku, kunjungan wisata rotan juga meningkat di tingkat lokal. Terakhir, ada puluhan siswa dari SD di Eks Karesidenan yang datang. Para siswa tersebut menjadi perajin rotan meski hanya sebentar. Siswa melakukan kegiatan mengelilingi desa Wisata Rotan sekaligus mempraktikkan membuat kerajinan rotan. Kegiatan tersebut juga dilakukan untuk memupuk kecintaan generasi muda pada produk rotan.
“Saat ini kondisi generasi muda yang mencintai rotan semakin terkikis. Untuk menumbuhkan kecintaan pada kerajinan rotan dilakukan kegiatan “outing class” bersama siswa. Biar anak-anak makin semangat,” pungkas Agung. (erlano putra)
Tinggalkan Komentar