Mengintip Sentra Industri Gamelan Desa Wirun Sukoharjo, Melestarikan Budaya Jawa Melalui Gamelan Berkualitas Dunia

Proses pembuatan gamelan di A Gong Rejeki Desa Wirun, Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo.

Sukoharjonews.com – Desa Wirun, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo, dikenal sebagai sentra penghasil gamelan terbaik di dunia karena produk gamelan buatan perajin di desa tersebut telah diekspor hingga berbagai penjuru dunia. Hal itu membuat gamelan produk Desa Wirun pun sudah dikenal oleh dunia internasional.

Salah satu usaha yang berperan penting dalam industri ini adalah A Gong Rejeki, yang telah berdiri selama 15 tahun. Usaha ini tidak hanya menjadi mata pencaharian bagi masyarakat setempat, tetapi juga berkontribusi besar dalam melestarikan seni budaya Jawa.

Didirikan oleh Kristiyanto di Dukuh Gendengan RT 4 RW 3, usaha ini lahir dari keprihatinan melihat kurangnya lapangan pekerjaan di desa tersebut. Dengan semangat nguri-uri budaya, ia bersama tim kecilnya yang terdiri dari 10 orang memproduksi berbagai jenis gamelan seperti bonang, kenong, kempul, gong, saron dan lainnya. Upaya ini berkontribusi pada pelestarian warisan budaya yang kaya di Indonesia.

Produksi gamelan di A Gong Rejeki dilakukan dengan penuh dedikasi dan ketelitian. Setiap set gamelan dibuat dari bahan baku berkualitas tinggi yang diperoleh dari pemasok di Solo. Pembuatan satu set gamelan lengkap memakan waktu sekitar tiga bulan, melibatkan proses yang rumit dan keterampilan tinggi. Dalam sehari, tim ini mampu memproduksi tiga hingga empat bonang dan dua kenong, menunjukkan komitmen mereka terhadap kualitas dan keasliannya.

Hasil karya dari A Gong Rejeki telah menembus pasar nasional dan internasional, mulai dari Jawa, Bali dan Kalimantan, serta negara-negara luar seperti Jepang, Australia, dan Amerika. Satu set gamelan lengkap dijual dengan harga sekitar Rp500 juta, tetapi pembeli juga bisa membeli secara satuan dengan harga yang bervariasi sesuai tingkat kesulitan pengerjaan.

A Gong Rejeki masih mengandalkan penjualan konvensional. Produk-produk mereka dipasarkan melalui jaringan pelanggan lama dan rekomendasi dari mulut ke mulut.

Meskipun telah beroperasi selama bertahun-tahun, A Gong Rejeki belum mendapatkan dukungan signifikan dari pemerintah. Kristiyanto berharap adanya kolaborasi dengan pemerintah untuk meningkatkan produksi dan membuka lebih banyak lapangan kerja. “Semoga usaha ini semakin lancar, dan pemerintah bisa membantu UMKM kecil agar lebih maju,” ujar Kristiyanto

Usaha A Gong Rejeki tidak hanya menjadi tempat produksi alat musik tradisional, tetapi juga simbol pelestarian seni budaya di tengah perubahan zaman. Dengan semangat melestarikan tradisi dan membuka peluang kerja, usaha ini menjadi bagian penting dalam perjalanan budaya Jawa untuk tetap hidup dan dikenal di seluruh penjuru dunia.

Di balik setiap nada yang dihasilkan gamelan A Gong Rejeki, tersimpan cerita perjuangan dan harapan, bahwa budaya tradisional Indonesia akan terus bergema, melampaui batas ruang dan waktu. (mg-01/nano)

Nano Sumarno:
Tinggalkan Komentar