Mengenal Psikosomatis, Stres yang Memicu Beragam Penyakit

Stres pemicu banyak penyalit. (Foto : Freepik)

Sukoharjonews.com – Sudah tahu belum mengenai istilah psikosomatis? Jadi, psikosomatis adalah istilah yang merujuk pada hubungan antara faktor psikologis dan kesehatan fisik seseorang. Secara sederhana, psikosomatis dapat diartikan sebagai kondisi fisik yang dipengaruhi oleh kondisi mental seseorang.

Dilansir dari The Health Site, Jum’at (30/6/2023), faktor psikologis seperti stres, kecemasan, depresi, dan trauma dapat mempengaruhi fungsi organ dan sistem tubuh seseorang. Hal ini dapat menyebabkan berbagai kondisi fisik seperti sakit kepala, gangguan pencernaan, penurunan kekebalan tubuh, dan kondisi jantung.

Dampak Emosi pada Kesehatan Tubuh
Salah satu jurnal yang membahas dampak emosi pada kesehatan tubuh adalah “Psychological Stress and the Human Immune System: A Meta-Analytic Study of 30 Years of Inquiry” yang diterbitkan oleh Segerstrom dan Miller.

Jurnal ini menyajikan bukti-bukti bahwa stres psikologis dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh seseorang dan meningkatkan risiko terkena berbagai penyakit.

Hasil meta-analisis ini menunjukkan bahwa stres psikologis dapat meningkatkan produksi hormon kortisol, yang dapat mempengaruhi fungsi sistem kekebalan tubuh. Peningkatan kadar kortisol dapat mengurangi jumlah sel-sel darah putih, mengganggu proses peradangan, dan memperlambat penyembuhan luka.

Selain itu, stres psikologis juga dapat mempengaruhi fungsi kardiovaskular seseorang. Sebuah studi yang dipublikasikan pada jurnal “Psychosomatic Medicine” menunjukkan bahwa orang yang mengalami stres psikologis kronis memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit jantung dan stroke.

Hal ini disebabkan oleh peningkatan kadar hormon stres, tekanan darah tinggi, dan peradangan kronis.

Contoh Kondisi Psikosomatis
Berikut ini adalah beberapa contoh kondisi psikosomatis yang dapat terjadi:

1. Sakit Kepala Tension-type
Stres kronis dan kecemasan dapat menyebabkan sakit kepala tension-type. Gejalanya termasuk rasa sakit yang menyebar di sekitar kepala, ketegangan otot, dan tekanan di area kepala. Faktor psikologis seperti stres, kecemasan, dan depresi dapat memicu atau memperburuk sakit kepala jenis ini.

2. Gangguan Pencernaan
Stres dan kecemasan dapat mempengaruhi fungsi saluran pencernaan dan menyebabkan gangguan pencernaan seperti sindrom iritasi usus (irritable bowel syndrome/IBS), sakit perut, diare, atau sembelit. Perubahan pada aktivitas saluran pencernaan dapat terjadi sebagai respons terhadap faktor psikologis yang mempengaruhi sistem saraf enterik di dalam usus.

3. Eczema dan Psoriasis
Kondisi kulit seperti eczema dan psoriasis dapat dipengaruhi oleh faktor psikologis. Stres, kecemasan, dan depresi dapat memperburuk peradangan kulit dan menyebabkan flare-up atau eksaserbasi kondisi ini. Faktor psikologis juga dapat mempengaruhi respons imun dan respon inflamasi dalam tubuh.

4. Sindrom Sakit Punggung
Stres emosional yang berkepanjangan atau berat dapat berkontribusi pada terjadinya nyeri punggung kronis. Tegangan otot yang disebabkan oleh stres dapat menyebabkan ketegangan, kekakuan, dan nyeri pada area punggung.

5. Hipertensi
Stres kronis dapat meningkatkan risiko tekanan darah tinggi atau hipertensi. Ketika stres terjadi, tubuh melepaskan hormon stres yang dapat menyebabkan pembuluh darah menyempit dan meningkatkan tekanan darah. Jika tekanan darah tinggi terjadi secara terus-menerus, dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke.

Faktor psikologis seperti stres dan emosi dapat mempengaruhi fungsi organ dan sistem tubuh kamu, Beauties. Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan kondisi emosionalnya dan mengelola stres dengan baik agar dapat menjaga kesehatan fisiknya.(patrisia argi)

Patrisia Argi Satuti:
Tinggalkan Komentar