Mengenal Gangguan PTSD yang Penting Anda Ketahui

Gangguan PTSD.(Foto: everyday health)

Sukoharjonews.com – Gangguan stress pasca trauma adalah suatu gangguan kecemasan yang disebabkan oleh kejadian traumatik, di mana nantinya penderita akan kembali merasakan kejadian tersebut secara berulang-ulang, biasanya sebagai mimpi buruk atau flashback.

Dilansir dari medicastore, Minggu (10/11/2024), rasa takut, tak berdaya dapat menghantui penderita. Penderita akan berusaha menghindari sesuatu yang mengingatkannya akan trauma tersebut.

Mengalami atau menyaksikan suatu peristiwa traumatik yang menyebabkan kematian atau luka serius dapat mempengaruhi seseorang untuk waktu yang lama setelah peristiwa tersebut berlalu. Ketakutan hebat, ketidakberdayaan, atau pengalaman menakutkan selama peristiwa traumatik bisa menghantui seseorang dan menyebabkan gangguan stress.

Peristiwa-peristiwa yang bisa menyebabkan gangguan stress pasca trauma antara lain berupa:

-Peristiwa yang berhubungan dengan peperangan.
-Mengalami atau melihat kekerasan fisik atau seks.
-Terkena bencana, baik bencana alam (misalnya, angin topan) atau buatan manusia (misal, kecelakaan mobil hebat).

Gejala Gangguan Stress Pasca Trauma (PTSD)
Banyak orang pernah mendapatkan peristiwa traumatik dan mengalami gangguan stress pasca-trauma, misalnya veteran perang atau korban pemerkosaan dan tindak kekerasan lainnya. Gangguan ini mempengaruhi setidaknya 8% orang sepanjang hidup mereka, termasuk masa kanak-kanak. Jika gangguan stres pasca-trauma telah berlangsung selama 3 bulan atau lebih, maka kondisi ini dinyatakan kronis.

Kadang gejala stres pasca trauma baru muncul setelah beberapa bulan atau bahkan beberapa tahun setelah kejadian traumatik berlalu. Gangguan stress pasca trauma (Post-Traumatic Stress Disorder, PTSD) ditandai oleh adanya pengulangan ingatan yang mengganggu akan peristiwa traumatik yang mengguncang jiwa.

Penderita bisa kerap kali mengalami mimpi buruk dan terkadang peristiwa traumatik seperti terulang kembali (flashback). Gangguan hebat seringkali terjadi saat penderita berhadapan dengan peristiwa atau keadaan yang mengingatkan mereka pada trauma asal, misalnya perayaan akan peristiwa traumatik tersebut, melihat senjata setelah sebelumnya pernah dipukul dengan senjata ketika perampokan, atau berada di perahu kecil setelah sebelumnya pernah mengalami kecelakaan tenggelam.

Penderita akan terus menghindari benda-benda atau hal-hal yang mengingatkan mereka pada peristiwa traumatik tersebut. Penderita juga bisa berusaha menghindari pikiran, perasaan, atau pembicaraan mengenai peristiwa tersebut dan juga menghindari kegiatan, keadaan, atau orang yang bisa mengingatkan akan peristiwa traumatik tersebut. Mekanisme penghindaran juga bisa berupa amnesia (hilangnya ingatan) untuk aspek tertentu dari peristiwa traumatik.

Penderita mengalami gangguan reaksi emosional dan gejala-gejala yang muncul meningkat (seperti sulit tidur, menjadi waspada terhadap tanda-tanda bahaya, atau mudah terkejut). Gejala depresi sering terjadi, di mana penderita hanya menunjukkan sedikit ketertarikan pada aktivitas yang menyenangkan sebelumnya. Munculnya rasa bersalah juga sering terjadi, misalnya saat penderita bisa bertahan hidup tetapi orang lain tidak.(patrisia argi)


How useful was this post?

Click on a star to rate it!

Average rating 5 / 5. Vote count: 1

No votes so far! Be the first to rate this post.

Facebook Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *