Sukoharjonews.com – Dissociative Identity Disorder (DID), sebelumnya dikenal sebagai Multiple Personality Disorder, adalah gangguan mental yang ditandai oleh keberadaan dua atau lebih identitas atau kepribadian yang berbeda dalam satu individu. Gangguan ini biasanya disertai oleh amnesia terkait ingatan, peristiwa, atau informasi pribadi yang tidak dapat dijelaskan oleh kelupaan biasa.
Penyebab dan Faktor Risiko
Dikutip dari American Psychiatric Association (APA), Minggu (24/11/2024) DID sering kali dikaitkan dengan pengalaman traumatis di masa kecil, seperti kekerasan fisik, seksual, atau emosional. Trauma tersebut menyebabkan individu mengembangkan mekanisme perlindungan berupa disosiasi, di mana pikiran, perasaan, atau ingatan dipisahkan dari kesadaran. Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Trauma & Dissociation menunjukkan bahwa sekitar 90% pasien DID memiliki riwayat trauma berat di masa kecil.
Gejala dan Dampak
Individu dengan DID sering menunjukkan gejala seperti:
Keberadaan Identitas Ganda: Setiap identitas memiliki pola perilaku, ingatan, dan preferensi unik. Identitas ini sering kali tidak sadar akan keberadaan satu sama lain.
Amnesia Dissociative: Pasien kehilangan ingatan terkait peristiwa tertentu, sering kali saat identitas lain mengambil alih.
Gangguan Psikologis Lain: Banyak individu juga mengalami depresi, kecemasan, atau gangguan stres pascatrauma (PTSD).
DID dapat sangat mengganggu kehidupan sehari-hari, memengaruhi hubungan interpersonal, pekerjaan, dan kualitas hidup.
Diagnosis dan Penanganan
DID sering kali sulit didiagnosis karena gejalanya mirip dengan gangguan lain, seperti skizofrenia atau gangguan bipolar. Psikiater menggunakan wawancara mendalam, tes psikologi, dan riwayat trauma untuk memastikan diagnosis.
Penanganan DID melibatkan terapi jangka panjang, terutama terapi bicara seperti Cognitive Behavioral Therapy (CBT) atau terapi trauma, yang bertujuan untuk mengintegrasikan identitas yang terpisah menjadi satu kesadaran utuh. Selain itu, obat-obatan seperti antidepresan dapat membantu menangani gejala sekunder seperti depresi dan kecemasan.
Stigma dan Kesadaran Publik
Stigma terhadap DID masih tinggi, sering kali diperparah oleh penggambaran tidak akurat dalam media. Artikel dalam Psychiatry Research menggarisbawahi pentingnya edukasi masyarakat untuk memahami gangguan ini secara ilmiah, tanpa prasangka.
Dengan peningkatan kesadaran dan dukungan yang tepat, individu dengan DID dapat mencapai stabilitas dan kualitas hidup yang lebih baik. Penelitian lanjutan di bidang ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru untuk diagnosis dan perawatan yang lebih efektif. (mg-02/nano)
Facebook Comments